JAKARTA, suararembang.com - Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah tegas untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang melemah hingga mencapai level terendah sejak krisis 1998.
Intervensi dilakukan di tiga sektor utama: pasar valuta asing (valas) spot, pasar obligasi, dan pasar forward non-deliverable domestik (DNDF).
Baca Juga: Indonesia Gabung New Development Bank, Prabowo: Booster untuk Transformasi Ekonomi
BI aktif di pasar valas spot untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan mata uang asing. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Selain itu, BI membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sebagai bagian dari operasi moneter. Tindakan ini mencerminkan sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Baca Juga: IHSG Anjlok Menjelang Pengumuman Struktur Pengurus Danantara
BI juga melakukan intervensi di pasar DNDF untuk memberikan kepastian dan likuiditas bagi pelaku pasar, sehingga membantu mengendalikan volatilitas nilai tukar rupiah.
Pelemahan rupiah dipicu oleh ketidakpastian global dan kekhawatiran terhadap kondisi fiskal domestik. Meskipun demikian, BI menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%, inflasi rendah, dan pinjaman luar negeri yang terkendali.
Langkah-langkah intervensi ini menunjukkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia.**
Artikel Terkait
IHSG Anjlok Menjelang Pengumuman Struktur Pengurus Danantara