DENPASAR, suararembang.com - Perdebatan penjor dan kabel listrik di Bali terus melebar setelah tokoh perempuan Niluh Djelantik bersuara keras.
Tidak lama kemudian, giliran Senator DPD RI Bali, Dr. Arya Wedakarna (AWK), menyampaikan pandangan lantang terkait imbauan PLN tersebut.
Baca Juga: Janji Hijau PLN di RUPTL 2025–2034: Berlari di Dokumen, Tertatih di Realita
Dalam unggahannya, AWK mengingatkan PLN agar tidak menimbulkan kegaduhan menjelang Galungan. Ia menyebut penjor sebagai simbol yang sangat sakral dan tidak boleh disentuh alasan teknis.
“Sebaiknya PLN jangan buat gaduh. Fokus saja rapikan kabel! PLN akan saya panggil," tulisnya.
Ia menilai imbauan PLN terkesan kurang sensitif secara budaya dan berpotensi menyinggung masyarakat Bali.
Menurut AWK, penjor memiliki makna spiritual mendalam. Karena itu, lembaga mana pun tidak boleh menyentuh simbol sakral tersebut tanpa pemahaman budaya.
“PLN tidak perlu sentuh hal-hal sakral seperti penjor. Itu simbol kemenangan dharma atas adharma. Jangan dipolitisasi dengan alasan teknis,” tegasnya.
Pernyataan itu mendapatkan dukungan luas dari warganet yang merasa tradisi Bali harus dilindungi. Banyak komentar menilai imbauan PLN perlu dikaji ulang agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.
Gelombang kritik dari tokoh dan publik Bali menunjukkan pentingnya komunikasi budaya dalam setiap imbauan teknis.
Perdebatan ini juga menjadi pengingat bahwa tradisi Bali memiliki posisi kuat di hati masyarakat, terutama menjelang hari-hari suci seperti Galungan dan Kuningan.
Jika ingin, saya bisa menambahkan subjudul, memasukkan kata kunci tertentu, atau membuat versi yang lebih agresif atau lebih santun.