TAPANULI SELATAN, suararembang.com - Kondisi memprihatinkan masih dialami ratusan warga Desa Simataniari, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), lebih dari sepekan setelah banjir bandang menghantam wilayah mereka pada 24 November 2025.
Minimnya bantuan logistik membuat sebagian warga terpaksa bertahan hidup dengan ubi dan jagung sebagai makanan harian.
Kepala Desa Simataniari, Hasian Harahap, mengungkapkan bahwa hingga kini bantuan yang masuk sangat terbatas.
Bantuan baru hanya berasal dari PLTA Batang Toru sebanyak 500 kilogram beras dan tambahan 250 kilogram dari kelompok masyarakat di Kota Pinang.
“Selain itu belum ada bantuan lain yang masuk ke desa kami,” ujar Hasian, Jumat (5/12/2025).
Banjir besar tersebut merendam dua dusun: Dusun Sibara-bara dan Dusun Setia Baru.
Sekitar 187 kepala keluarga, atau lebih dari 700 jiwa, terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman setelah air bah merendam permukiman dan menutup akses utama desa.
Hasian menyampaikan bahwa sejak bencana terjadi, tidak banyak pihak yang turun langsung melihat kondisi warga terdampak.
Minimnya perhatian ini membuat persediaan pangan cepat menipis.
“Sebagian warga terpaksa makan campuran ubi dan jagung supaya tetap bisa bertahan,” ucapnya lirih.
Situasi semakin berat karena akses jalan ke dua dusun terdampak tertutup lumpur setinggi 50–60 sentimeter.
Drainase yang tersumbat serta halaman rumah warga yang masih digenangi lumpur membuat aktivitas pemulihan berjalan lambat.