bisnis

September Effect: Benarkah September Jadi Bulan Tersulit untuk Pasar Saham Global?

Jumat, 5 September 2025 | 14:30 WIB
Ilustrasi fenomena september effect yang dinilai memiliki rekor ekonomi rata-rata buruk di pasar global. (Freepik.com)

REMBANG, suararembang.com - Fenomena September Effect sejak lama menarik perhatian para pelaku pasar saham global.

Istilah ini merujuk pada kecenderungan kinerja pasar yang cenderung lebih lemah dibanding bulan lainnya.

Baca Juga: JP Morgan Ramal Pasar Saham Indonesia Bangkit di Semester II 2025, Konsumsi Domestik Jadi Penopang

Banyak pakar ekonomi menyebut September sebagai bulan yang kurang bersahabat bagi indeks saham dunia, khususnya di Amerika Serikat (AS).

Sejarah mencatat, selama hampir satu abad, rata-rata pasar saham di Negeri Paman Sam sering melemah ketika memasuki September.

“September telah lama menjadi bulan dengan kinerja terburuk di pasar saham,” tulis Investopedia dalam laporannya, Jumat (5/9/2025).

Baca Juga: Menguak Utang BLBI BCA ke Negara: Saham Dijual Rp10 Triliun, RI Tanggung Rugi Rp78 Triliun

Meski begitu, September Effect tidak selalu terjadi setiap tahun. Ada periode ketika September justru menjadi bulan yang menguntungkan bagi investor.

Karena itu, sebagian analis menilai fenomena ini lebih tepat disebut anomali statistik ketimbang sebuah kepastian.

Tren Pasar Berdasarkan Data S&P 500

Catatan indeks S&P 500 sejak 1928 hingga 2023 menunjukkan kecenderungan rata-rata penurunan di bulan September.

Namun, jika diperhatikan lebih rinci, median hasil dalam beberapa tahun terakhir justru mencatatkan angka positif.

“Jika investor bertaruh melawan September selama 100 tahun terakhir, mereka memang untung. Namun, jika hanya melihat sejak 2014, hasilnya justru rugi,” ungkap Investopedia.

Hal ini membuktikan, periode analisis sangat menentukan kesimpulan.

Teori di Balik September Effect

Banyak teori mencoba menjelaskan alasan di balik fenomena ini.

Halaman:

Tags

Terkini