JAKARTA, suararembang.com - Pasar properti Jakarta menunjukkan arah pertumbuhan yang lebih stabil. Dorongan utamanya datang dari pasokan terbatas dan kebutuhan ruang premium. CBRE Indonesia memaparkan tren ini dalam Market Outlook terbaru.
Menurut laporan tersebut, pasar tengah menuju fase pertumbuhan berkelanjutan. Kebutuhan ruang berkualitas meningkat karena perusahaan memprioritaskan efisiensi, kenyamanan, dan nilai merek. Kondisi ini membuat permintaan ruang kantor terbaik tetap kuat.
Baca Juga: Permintaan Logistik Melejit dan Retailtainment Booming: Jakarta Masuki Era Baru Industri Properti
Angela Wibawa, Managing Director - Advisory Services Indonesia, menjelaskan arah pergerakan pasar dalam media briefing.
Ia menegaskan, “Pasar properti Jakarta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan. Pasokan baru yang terbatas di segmen primer akan mendukung stabilitas okupansi dan sewa, sementara perluasan ritel berbasis logistik tetap menjadi pendorong utama.”
Angela menambahkan komitmen CBRE untuk memperluas layanan di Indonesia. Upaya ini selaras dengan tren ekonomi yang tetap positif. CBRE baru meluncurkan bisnis Advisory di Indonesia pada Agustus lalu.
Masuk ke sesi paparan, Anton Sitorus, Head of Research & Consultancy, membawa gambaran makro. Ia menyebut Indonesia konsisten tumbuh sekitar 5 persen per tahun dalam lima tahun terakhir.
Proyeksi hingga 2027 juga berada di kisaran serupa. Pemerintah menargetkan pertumbuhan 6–8 persen pada 2029. Anton menilai optimisme ini menjadi dasar penting bagi keputusan investasi properti.
Sektor perkantoran turut berubah. Judy Sinurat, Co-Head of Office Services, mengatakan kebutuhan ruang kini tidak hanya mengejar ukuran. Perusahaan lebih mencari kualitas, kelestarian, dan fleksibilitas ruang.
Gedung berlabel hijau menjadi pilihan utama. Penyewa ingin ruang yang mencerminkan nilai perusahaan dan mendukung kesejahteraan karyawan.
Albert Dwiyanto, Co-Head of Office Services, memaparkan data terbaru. Stok perkantoran di CBD Jakarta mencapai 7,1 juta meter persegi. Tingkat okupansi berada di angka 75 persen.
Sewa rata-rata sekitar Rp170.000 per meter persegi per bulan. Pasokan baru sangat terbatas. Hanya 188.000 meter persegi diperkirakan masuk hingga 2028.
Kekurangan ini mulai menekan harga sewa di gedung premium. Tren “flight-to-quality” terlihat semakin menguat.
Di luar perkantoran, pergerakan sektor ritel juga patut dicermati. Anton menyebut mal di Jakarta tidak lagi berperan sebagai pusat belanja semata. Retailtainment kini menjadi strategi utama.