Selain itu, ia memperkuat independensi Bank Indonesia dengan menerapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999.
Dalam otobiografinya B.J. Habibie: Detik-detik yang Menentukan (2006), ia menyebut kebijakan ini bertujuan menjadikan BI lebih kuat dan bebas dari intervensi politik.
2. Kebijakan Moneter Ketat
Habibie menerapkan kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan inflasi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap bank.
Ia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan bunga tinggi untuk menarik dana masyarakat kembali ke sistem perbankan.
Strategi ini terbukti efektif. Suku bunga yang sempat menyentuh 60% berhasil ditekan ke belasan persen, dan kepercayaan terhadap perbankan mulai pulih.
3. Pengendalian Harga Bahan Pokok
Stabilitas harga bahan pokok menjadi prioritas Habibie. Ia menahan kenaikan harga listrik dan BBM bersubsidi agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
Namun, kebijakan ini juga menuai kontroversi. Dalam pidatonya, Habibie menyarankan masyarakat berpuasa Senin-Kamis sebagai bentuk penghematan.
Menurut A. Makmur Makka dalam Inspirasi Habibie (2020), langkah ini merupakan bagian dari strategi ekonomi di tengah krisis.
Dampak Positif Kebijakan Habibie
Tiga strategi ini berhasil meningkatkan kepercayaan investor dan menarik kembali aliran modal asing. Rupiah yang sebelumnya terpuruk berhasil menguat ke Rp6.550 per dolar AS.
Melihat strategi BJ Habibie saat krisis 1998, kita bisa belajar bahwa kombinasi kebijakan moneter ketat, restrukturisasi perbankan, dan pengendalian harga bahan pokok dapat menjadi solusi untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan global.
**