JAKARTA, suararembang.com - Konten kreator Willie Salim kembali menjadi sorotan setelah mengunggah video memasak rendang 200 kg di Palembang. Momen ini viral karena rendang yang dimasak habis diborong warga dalam waktu singkat. Namun, seorang influencer lokal membongkar fakta yang berbeda dari versi yang disampaikan Willie.
Dugaan Settingan di Balik Video Viral
Willie Salim mengklaim ia sempat meninggalkan lokasi untuk ke toilet, dan saat kembali, rendang sudah habis. Namun, pernyataan ini dibantah oleh Rendy Aditiya, seorang konten kreator asal Palembang.
Melalui akun Instagram-nya, @rondoot, Rendy menegaskan bahwa klaim Willie tidak sesuai dengan kenyataan. "Willie Salim tidak ke toilet, tetapi ke mobil. Ia juga tidak hanya 10 menit pergi, melainkan 30 menit," ungkap Rendy. Pernyataan ini ia peroleh langsung dari Kanit Binmas Polsek Ilir Barat I, Iptu Rino Ardiansyah.
Baca Juga: Viral! Willie Salim Minta Maaf soal Hilangnya 200 Kg Rendang di Palembang
Fakta Keamanan dan Waktu Memasak Rendang
Selain soal durasi kepergian Willie, Rendy juga membantah klaim terkait jumlah personel keamanan dalam acara tersebut. "Ada tujuh personel dari Polsek IB 1, tiga petugas jaga mobil, empat lainnya di sekitar lokasi, termasuk Pak Rino dan tiga intel berpakaian bebas," jelasnya.
Tidak hanya itu, Rendy juga menyoroti narasi dalam video Willie yang menyebut acara ini sebagai kegiatan buka bersama. Faktanya, rendang baru mulai dimasak pukul 19.00 WIB, setelah waktu berbuka puasa.
"Judulnya 'Bukber Bersama di Palembang', tapi nyatanya tidak. Willie tiba di Benteng Kuto Besak pukul 05.30 WIB, es durian baru mulai dimasak pukul 18.00 WIB, dan rendang baru dimasak pukul 19.00 WIB," tambahnya.
Kontroversi yang Merugikan Kota Palembang
Rendy menegaskan bahwa ia tidak membenarkan tindakan warga yang mengambil rendang sebelum waktunya. Namun, ia menyayangkan bagaimana konten ini membentuk narasi negatif terhadap warga Palembang.
"Saya tidak membenarkan tindakan warga yang mengambil rendang. Tetapi sangat disayangkan, hanya demi konten, Willie Salim menciptakan narasi seolah-olah Kota Palembang adalah kota yang rakus dan tamak," ujar Rendy.
Konten ini pun menuai perdebatan luas di media sosial. Banyak yang merasa bahwa video tersebut memberi kesan buruk bagi warga Palembang, sementara yang lain tetap membela Willie Salim. Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, kontroversi ini menunjukkan betapa besar pengaruh konten viral dalam membentuk opini publik.
**