JAKARTA, suararembang.com - Israel tengah menghadapi krisis lingkungan serius akibat kombinasi badai pasir dan kebakaran hutan yang meluas.
Kondisi cuaca ekstrem ini memaksa pemerintah mengumumkan status darurat nasional dan melakukan evakuasi besar-besaran di berbagai wilayah.
Badai pasir melanda wilayah selatan Israel, khususnya di Gurun Negev, menyebabkan penurunan visibilitas yang signifikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Sementara itu, kebakaran hutan yang dipicu oleh suhu tinggi dan angin kencang menyebar cepat di area antara Yerusalem dan Tel Aviv, mengancam pemukiman dan infrastruktur penting.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa kebakaran ini merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah Israel dan memperingatkan bahwa api dapat mencapai pinggiran Yerusalem.
Baca Juga: Teori Penyebab Kebakaran Los Angeles, Mulai dari Petir hingga Sisa Api Tahun Baru
Lebih dari 10.000 warga telah dievakuasi, dan jalan utama antara Tel Aviv dan Yerusalem sempat ditutup akibat kobaran api yang mendekat.
Upaya pemadaman melibatkan lebih dari 150 tim pemadam kebakaran dan 12 pesawat pemadam, dengan bantuan internasional dari negara-negara seperti Italia, Kroasia, dan Prancis.
Meskipun beberapa titik api berhasil dikendalikan, kondisi cuaca yang tidak menentu membuat situasi tetap kritis.
Presiden Isaac Herzog mengaitkan bencana ini dengan krisis iklim global dan menyerukan tindakan bersama untuk menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.
Sementara itu, dugaan pembakaran disengaja muncul, dengan beberapa individu ditahan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Bencana ini tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga mengguncang perayaan Hari Kemerdekaan Israel yang ke-77, dengan banyak acara dibatalkan demi keselamatan publik.
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat dalam menghadapi bencana alam yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. ***