JAKARTA, suararembang.com - Pernyataan Gubernur Jawa Barat yang menyarankan vasektomi bagi warga penerima bantuan sosial (bansos) memicu perdebatan publik.
Kebijakan ini dianggap tidak biasa, bahkan kontroversial. Namun, benarkah ada dasar datanya? Mari kita bahas lebih dalam dengan mengacu pada data Indonesian Family Life Survey (IFLS).
Baca Juga: Dedi Mulyadi Minta Warga Miskin Vasektomi untuk Dapat Bansos, MUI Langsung Protes Keras
Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi permanen untuk pria. Di tengah tantangan pertumbuhan penduduk dan beban anggaran, wacana ini mencuat sebagai solusi pengendalian jumlah anggota keluarga miskin.
"Gubernur Jawa Barat sarankan vasektomi untuk ambil bansos," begitu tajuk yang menyebar di media sosial dan memicu reaksi beragam.
Dalam konteks ini, Data IFLS (Indonesian Family Life Survey) memberi gambaran menarik. Berdasarkan hasil survei IFLS, keluarga dengan jumlah anak lebih sedikit cenderung memiliki akses ekonomi yang lebih baik.
Baca Juga: Pemkab Rembang Tawarkan Vasektomi Gratis Plus Insentif Rp450 Ribu, Cek Syarat dan Manfaatnya!
Artinya, kebijakan pengendalian kelahiran bisa berdampak pada peningkatan kualitas hidup keluarga miskin.
Namun, apakah vasektomi harus menjadi syarat bansos? Banyak pihak mempertanyakan etika dan efektivitas pendekatan tersebut. Sebagian masyarakat menilai kebijakan ini terlalu memaksa dan tidak mempertimbangkan hak reproduksi.
Di sisi lain, ada juga yang melihatnya sebagai langkah ekstrem untuk mengatasi kemiskinan struktural.
Penting untuk menekankan bahwa vasektomi seharusnya menjadi pilihan sukarela. Pemerintah perlu fokus pada edukasi, bukan paksaan. Dengan pendekatan yang benar, pengendalian penduduk bisa tercapai tanpa menimbulkan keresahan.**