SUARAREMBANG.COM - Kapal Madleen, bagian dari Freedom Flotilla Coalition (FFC), memulai pelayaran dari Catania, Italia, pada 1 Juni 2025.
Misi ini membawa simbol solidaritas kemanusiaan untuk Gaza, yang hingga kini masih diblokade oleh Israel sejak 2007.
Baca Juga: Yusril Bantah Keras Isu Perundingan Rahasia Indonesia dan Israel Terkait OECD
Muatan kapal terdiri dari bantuan simbolis seperti susu formula, makanan, obat-obatan, dan perlengkapan anak-anak.
Nama Madleen dipilih untuk menghormati Madleen Kulab, nelayan perempuan pertama di Gaza, sekaligus sebagai simbol perlawanan damai terhadap blokade laut.
Intersepsi oleh Israel di Laut Internasional
Pada 9 Juni 2025, kapal Madleen dicegat oleh militer Israel di perairan internasional, saat mendekati Jalur Gaza.
Baca Juga: Yusril: Indonesia Tolak Hubungan Diplomatik dengan Israel Jika Palestina Belum Merdeka
Menurut keterangan dari koalisi Freedom Flotilla, pasukan Israel menggunakan drone dan senjata kimia ringan sebelum akhirnya naik ke kapal.
Komunikasi dengan kapal terputus beberapa saat setelah pengepungan dimulai. Para awak dan aktivis dilaporkan mengenakan jaket pelampung dan mengangkat tangan sebagai tanda damai.
Semua penumpang, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg dan anggota parlemen Eropa Rima Hassan, dibawa ke pelabuhan Ashdod, Israel, untuk diinterogasi.
Reaksi dari Israel dan Komunitas Internasional
Pemerintah Israel menyatakan intervensi tersebut dilakukan demi menjaga keamanan nasional. Mereka menyebut bahwa pengiriman bantuan ke Gaza harus melalui jalur resmi yang telah ditentukan.
Sebaliknya, Freedom Flotilla Coalition menuduh Israel melakukan “pembajakan laut” karena penangkapan dilakukan di wilayah perairan internasional.
Mereka menegaskan bahwa misi kapal Madleen adalah murni kemanusiaan dan tidak terkait dengan kelompok politik mana pun.
PBB, sejumlah organisasi HAM, serta para pendukung kebebasan Gaza di berbagai negara juga menyuarakan keprihatinan.