SUARAREMBANG.COM - Dini hari 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan udara besar ke Iran. Israel menamainya Operation Rising Lion atau “Singa Bangkit”.
Serangan ini menyasar fasilitas nuklir di Natanz serta pangkalan militer dan ilmuwan top Iran .
Baca Juga: 12 Aktivis Kemanusiaan Termasuk Greta Thunberg Diduga Diculik Pasukan Israel di Laut Internasional
Menurut laporan, ledakan terdengar menggema di Tehran. Fasilitas enriching uranium di Natanz juga terkena titik tembak. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut serangan sebagai upaya pencegahan terhadap ancaman nuklir Iran .
Komandan IRGC, Jenderal Hossein Salami, diyakini tewas dalam serangan tersebut . Media Iran juga melaporkan kematian ilmuwan nuklir senior .
Serangan ini memicu peningkatan harga minyak global, tepatnya lonjakan lebih dari 8‑10%, serta aksi jual saham berlanjut . Aparat keamanan Israel mengumumkan keadaan darurat nasional dan memperingatkan kemungkinan balasan lewat rudal atau drone .
Baca Juga: Perkembangan Terkini Kapal Madleen: Dicegat Israel di Laut Internasional, Aktivis Ditahan
Amerika Serikat secara resmi menyatakan tidak terlibat. Juru bicara AS, Marco Rubio, menegaskan Israel bertindak sendiri. AS hanya memastikan perlindungan pasukannya di kawasan .
IAEA (Badan Energi Atom Internasional) mengonfirmasi fasilitas Natanz mengenai sasaran serangan. Mereka kini memantau radiasi dan kontak aktif dengan Iran .
Krisis ini memicu reaksi global. Australia dan Selandia Baru mengecam tindakan Israel. Pejabat Amerika Serikat menyerukan penahanan diri Iran agar tidak membalas serangan terhadap aset AS .
Lebih dari itu, serangan ini terjadi hanya beberapa hari sebelum putaran keenam pembicaraan nuklir di Oman. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap proses diplomasi terkait Iran .
Apa arti serangan ini untuk global?
1. Kestabilan regional bisa runtuh jika Iran membalas.
2. Ekonomi dunia terguncang karena meningkatnya harga minyak.