SUARAREMBANG.COM - Proses evakuasi jenazah pendaki wanita asal Brasil, Juliana Marins yang jatuh di jurang di Gunung Rinjani telah selesai dilakukan.
Tim SAR berhasil menarik tubuh Juliana yang jatuh di sekitar Cemara Nunggal pada Rabu, 25 Juni 2025.
Dalam proses evakuasi ini, tim SAR gabungan melakukannya dengan cara manual, yakni anggota tim turun ke bawah jurang hingga 600 meter untuk menjemput jenazah Juliana.
Di tengah proses evakuasi, tak sedikit warganet yang mempertanyakan yang mengapa tim SAR tak menggunakan helikopter.
Dijelaskan oleh Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, cuaca menjadi pertimbangan utama tidak digunakannya helikopter untuk proses evakuasi Juliana.
“Awalnya kita ingin melaksanakan evakuasi secepat mungkin dengan menggunakan pesawat heli dan itu menjadi alternatif pertama, ternyata cuaca tidak memungkinkan,” ujar Syafii dalam konferensi pers di Posko SAR Gabungan Sembalun, dikutip dari unggahan SAR Mataram pada Jumat, 27 Juni 2025.
Tak berhenti pada usaha pertama, tim SAR juga telah memiliki alternatif kedua untuk penyelamatan Juliana bisa dilakukan dengan helikopter.
“Alternatif kedua, dengan korban sudah bisa ditarik ke atas kita pengin di perjalanan andai cuaca bagus, kita ingin menghadirkan helikopter lagi untuk mengangkut menggunakan udara, ternyata kondisi cuaca tidak memungkinkan,” terangnya.
“Sehingga evakuasi korban terpaksa harus kita laksanakan dengan ditandu,” tambahnya.
Karena ditandu, Syafii mengungkapkan hal tersebut yang membuat proses evakuasi jadi lebih lama.
Seperti diketahui, pendaki WNA asal Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins atau Juliana Marins terjatuh di jurang sekitar Cemara Nunggal pada Sabtu, 21 Juni 2025 dengan kedalaman 15-200 meter.
Sebelum berhasil dievakuasi, tim SAR mengungkapkan bahwa keberadaan Juliana sudah turun jauh dari tempat awal ia terjatuh.
Dari pantauan drone, Juliana sudah berada di jurang dengan kedalaman 600 meter pada Selasa, 24 Juni 2025.
***