REMBANG, suararembang.com - Rembang Bersholawat 2025 digelar meriah di Alun-Alun Kota Rembang pada Kamis (21/8) malam.
Acara ini memperingati tiga momentum besar, yaitu HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Jadi ke-284 Kabupaten Rembang, serta Haul Kanjeng Pangeran Sedo Laut bersama para masyayikh se-Kabupaten Rembang.
Baca Juga: Bupati Harno Tegaskan Perubahan APBD 2025 Tetap Pro Rakyat, Ini Rinciannya
Bupati Rembang, Harno, dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan semangat gotong royong.
Menurutnya, ketiga peringatan tersebut menjadi sarana refleksi masyarakat untuk selalu bersyukur dan memperkuat kebersamaan.
“Perjuangan membangun bangsa dan daerah tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai spiritual. Kemerdekaan bangsa lahir berkat pengorbanan para pahlawan sekaligus doa para ulama. Begitu pula perjalanan Kabupaten Rembang yang tumbuh berkat perjuangan dan doa para pendahulu, termasuk Pangeran Sedo Laut,” ujar Bupati Harno.
Baca Juga: Bupati Rembang Harno Ikut Meriahkan Bhayangkara Run 2025, Ribuan Warga Tumpah Ruah di Mapolres
Ia berharap, melalui Rembang Bersholawat masyarakat memperoleh syafaat Rasulullah SAW, memperkuat ukhuwah islamiyah, dan menjadikan sholawat sebagai ikhtiar spiritual. Dengan itu, Rembang diharapkan senantiasa diberkahi, masyarakat semakin sejahtera, dan pemerintah dimudahkan dalam pengabdian kepada rakyat.
Lebih jauh, Bupati Harno mengajak masyarakat menjadikan momen ini sebagai penyemangat dalam membangun daerah.
Ia menekankan semangat gotong royong yang diwariskan para pendahulu harus dijaga di tengah tantangan zaman.
Perspektif Teori Komunikasi
Rembang Bersholawat dapat dilihat melalui teori komunikasi ritual. Dalam perspektif ini, komunikasi bukan hanya menyampaikan pesan, tetapi juga menciptakan kebersamaan.
Sholawat yang dilantunkan bersama menjadi simbol ikatan emosional sekaligus media memperkuat identitas keagamaan masyarakat Rembang.
Selain itu, kegiatan ini juga relevan dengan komunikasi simbolik, di mana doa, lantunan sholawat, dan kehadiran masyarakat menjadi simbol persatuan.
Nilai spiritual, sejarah, dan budaya berpadu dalam satu perayaan yang mengikat masyarakat lintas generasi.