“Rata-rata yang muncul di berita terakhir ini adalah semua satuan pelayanan yang baru melaksanakan,” ujar Dadan kepada awak media Kompleks Akademi Militer, Magelang pada 27 Februari 2025 lalu.
Menurutnya, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang baru memulai belum memiliki pengalaman memasak dalam porsi besar.
Hal itu yang berpengaruh pada tingkat kematangan masih kurang dan menyebabkan keracunan.
“Karena untuk bisa memasak, biasa masak 1 sampai 10 untuk bisa 1.000 sampai 3.000 butuh waktu untuk membiasakan sampai kematangannya cukup,” imbuhnya.
Hal senada kembali dikatakan oleh Dadan saat mengunjungi para siswa di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Selasa, 23 September 2025.
“Salah satu yang saya instruksikan kepada SPPG baru itu ketika memulai, mereka sudah punya daftar penerima manfaat, katakanlah 3.500 di 20 sekolah, saya meminta agar mereka di awal-awal melayani 2 sekolah dulu,” terang Dadan di Posko Penanganan MBG di Cipongkor.
“Kemudian setelah terbiasa baru naik ke 4 sekolah setelah itu naik lagi ke 10 sekolah, setelah bisa menguasai proses termasuk antara masak dan delivery-nya bisa tepat waktu dengan jumlah yang tertentu baru bisa memaksimalkan jumlah penerima manfaat,” tambahnya.
Supplier untuk bahan baku MBG juga tak luput dari sorotan bos BGN ini dengan menyarankan jika ada pergantian, harus dilakukan secara bertahap.
“Kita instruksikan lagi bagi yang (SPPG) lama agar mau mengganti supplier harus bertahap, jadi segala sesuatu tidak boleh berubah secara drastis,” paparnya.
“Untuk SPPG yang menjalani ini seperti yang di Banggai (Sulawesi Tengah) itu kan mengganti supplier dalam waktu yang sangat singkat sehingga kami minta setelah kejadian stop dulu,” jelasnya.
Waka BGN Bergerak, Tim Investigasi Keamanan Langsung Dibentuk
Salah satu upaya yang dilakukan BGN terkait kasus keracunan ini adalah dengan dibentuknya Tim Investigasi Khusus yang akan menelusuri penyebab dan mencari solusi jangka panjang.
Pembentukan tim investigasi ini akan dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Nanik S. Deyang yang baru saja dilantik pada Rabu, 17 September 2025 lalu itu.
“Jadi kami membentuk Tim Investigasi ini sebagai second opinion. Sebelum hasil dari BPOM keluar, kami sudah bisa mengidentifikasi kira-kira apa penyebab anak-anak ini sakit,” ucap Nanik dalam jumpa pers BGN di Kantor BGN pada Senin, 22 September 2025.
Tim ini akan beranggotakan ahli kimia, ahli farmasi, dan tenaga yang memiliki keahlian di bidang kesehatan, yang akan bekerja mulai dari meneliti proses memasak hingga memastikan kualitas bahan baku.
*