JAKARTA, suararembang.com - Isu etanol 3,5% dalam bahan bakar Pertamina tengah ramai dibahas. Banyak pengguna mobil lama mulai khawatir, apakah bahan bakar ini aman atau justru bisa merusak mesin mereka?
Sejumlah SPBU swasta bahkan menolak menjual base fuel ini karena dianggap belum sesuai spesifikasi teknis. Kekhawatiran pun muncul, terutama soal potensi kerusakan pada kendaraan yang sudah berusia tua.
Baca Juga: VIVO dan APR Batal Beli BBM Pertamina, Kandungan Etanol Jadi Sorotan Publik
Apa Itu Etanol dalam BBM Pertamina?
Etanol atau etil alkohol (C₂H₅OH) adalah senyawa kimia dari hasil fermentasi tanaman seperti tebu, singkong, dan jagung.
Dalam dunia energi, etanol digunakan sebagai campuran bensin untuk menciptakan biofuel yang lebih ramah lingkungan.
Campuran bahan bakar ini biasanya ditandai dengan kode seperti E5 (5% etanol + 95% bensin) atau E10 (10% etanol). Di negara maju, bahkan ada E85 untuk kendaraan khusus.
Baca Juga: SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Kandungan Etanol Jadi Alasan Utama
Aman atau Berisiko untuk Mesin?
Menurut penelitian Society of Automotive Engineers (2023), campuran etanol rendah seperti E5 tergolong aman untuk sebagian besar kendaraan modern.
Banyak produsen otomotif besar juga sudah mengizinkan penggunaan bensin dengan etanol hingga 10%.
Namun, pemilik mobil lama tetap harus waspada. Mesin tua lebih sensitif terhadap etanol karena bahan logam dan saluran bahan bakarnya rentan korosi. Jika kualitas bahan bakar tidak stabil, performa mesin bisa menurun.
“Campuran etanol bisa menyebabkan karat pada tangki dan saluran bahan bakar,” kata seorang mekanik senior di Rembang.
Karena itu, pemilik kendaraan disarankan rutin memeriksa sistem bahan bakar, terutama jika menggunakan BBM dengan etanol.
Pertamina Pastikan Aman, Tapi...
Pertamina menegaskan bahwa formula BBM mereka sudah mengikuti standar internasional. Meski begitu, sejumlah SPBU swasta masih menunda pembelian karena perbedaan spesifikasi.
Di sisi lain, etanol memiliki keunggulan lingkungan. Data US Department of Energy (2024) menyebutkan bahwa bioetanol mampu mengurangi emisi karbon hingga 30% dibandingkan bensin biasa.