“Tekanan militer dan langkah diplomatik kami menjadi bentuk kemenangan atas Hamas,” ujarnya, dikutip dari The Straits Times.
Hamas sendiri menyatakan telah menyiapkan seluruh proses penyerahan sandera dan bahkan bersedia menyerahkan jenazah prajurit Israel yang tewas di perang 2014.
“Kami telah menuntaskan semua persiapan untuk menyerahkan seluruh sandera yang masih hidup,” ujar salah satu anggota Hamas.
Warga Gaza Pulang ke Reruntuhan
Pasca gencatan senjata, ribuan warga Gaza mulai kembali ke rumah mereka yang telah hancur.
Fatima Salem, 38 tahun, menangis saat melihat sisa bangunan rumahnya.
“Tidak ada yang sama lagi. Bahkan rumah tetangga sudah hilang,” katanya dikutip The Straits Times.
Bantuan kemanusiaan memang mulai masuk, tetapi kondisi tetap kacau. Banyak truk bantuan dirampas warga yang kelaparan karena kekurangan air dan listrik.
“Kekacauan ini menunjukkan ketidakpercayaan warga pada negosiasi damai,” ujar Mahmud al-Muzain, warga Gaza.
Perdamaian atau Sekadar Jeda Perang?
Trump berharap konferensi di Mesir dapat membuka jalan bagi stabilitas jangka panjang di kawasan Gaza.
Rencananya, pasukan multinasional di bawah komando AS akan menggantikan militer Israel di wilayah itu.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, serta sejumlah pemimpin Eropa hadir di Kairo untuk memastikan perjanjian ini berjalan.
Pertemuan itu digadang menjadi tonggak “era baru keamanan kawasan” setelah konflik menelan lebih dari 67 ribu korban jiwa.
Namun hingga kini, klaim kemenangan Israel dan pernyataan damai Trump masih menyisakan pertanyaan besar:
Apakah ini benar-benar akhir perang Gaza, atau hanya jeda sebelum badai berikutnya datang?
***