JAKARTA, suararembang.com - Sebuah video viral menunjukkan rombongan pekerja Indonesia berhasil keluar dari lokasi penyekapan dan penyiksaan di Kamboja, memicu keprihatinan publik terhadap modus tawaran kerja luar negeri.
Dalam rekaman tersebut, terlihat sejumlah pekerja berjalan tertatih sambil memegang batu dan kayu sebagai alat perlindungan.
Mereka juga meneriakkan “Indonesia! Indonesia!” dan “Help me! Help me!” sebagai bentuk permintaan bantuan. Wajah-wajah mereka tampak pucat dan lemah, menandakan dugaan telah terkurung dalam waktu panjang.
Seorang pengguna media sosial bernama @frisca_real2 mengungkap bahwa adiknya pernah menjadi korban modus ini.
Ia menyayangkan komentar warganet yang menyudutkan para korban karena dianggap berangkat tanpa izin.
“Komentar seperti itu menyakitkan. Banyak di antara mereka tidak tahu kalau akan diberangkatkan ke Kamboja,” tulisnya.
Modus yang digunakan sindikat ini cukup mencurigakan: korban dijanjikan pekerjaan resmi di Singapura, seperti bagian administrasi perkantoran atau swalayan, namun kenyataannya diarahkan ke pusat penipuan online atau scam di Kamboja.
Seperti yang diungkap: “Kalau visanya dikeluarkan di Singapura, bisa jadi itu visa turis. Tujuannya tidak sesuai dengan yang dijanjikan.”
Kejadian ini menunjukkan bahwa pekerja migran Indonesia (PMI) masih sangat rentan terhadap praktik penipuan tenaga kerja dan perdagangan orang (TPPO).
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan:
- Pastikan agen tenaga kerja luar negeri terdaftar resmi di Kementerian Ketenagakerjaan atau instansi terkait.
- Verifikasi tawaran kerja dengan cermat: lokasi, jenis pekerjaan, kontrak, visa, dan biaya.
- Waspada jika tawaran terlalu menggiurkan tanpa proses seleksi jelas atau diwajibkan membayar biaya besar sebelumnya.
- Kenali tanda bahaya: visa turis digunakan untuk pekerjaan tetap, korban harus membayar untuk kembali ke negara asal, atau tidak memiliki akses bebas selama berada di negara penempatan.
Kasus viral seperti ini penting untuk membuka kesadaran publik bahwa tawaran kerja luar negeri tidak selamanya aman dan resmi. Banyak korban yang tertipu iming-iming pekerjaan bergaji besar namun berakhir dalam situasi eksploitatif.
Dalam contoh sebelumnya: tiga WNI yang berhasil melarikan diri dari Kamboja melawan balik sindikat TPPO dan menyadari bahwa mereka hendak dipaksa bekerja dalam pusat penipuan daring.
Dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan platform daring, video-video seperti ini cepat menyebar dan menjadi sorotan nasional.