REMBANG, suararembang.com – Sepanjang 2025, Kabupaten Rembang dihebohkan oleh serangkaian kasus bunuh diri yang terjadi di berbagai kecamatan.
Fenomena ini memicu keprihatinan, bukan hanya di kalangan aparat, tapi juga masyarakat pesisir dan pedesaan.
Pada 13 November 2025, seorang wanita berusia 19 tahun ditemukan tergantung di pohon cemara, tak jauh dari bibir Pantai Dasun, Kecamatan Lasem.
Korban, berinisial TDS, merupakan warga Desa Tengger, Pancur.
Polisi menemukan motor milik korban di dekat lokasi. Dugaan sementara, korban mengakhiri hidupnya sendiri.
“Belum ada tanda kekerasan. Masih kami dalami,” ujar AKP Syafi’i Karim, Kapolsek Lasem, saat ditemui wartawan.
Peristiwa itu bukan satu-satunya. Pada 16 Juni 2025, seorang pria 35 tahun juga ditemukan gantung diri di belakang rumah mertuanya di Desa Gedongmulyo.
Motif ekonomi diduga menjadi penyebab. Sebulan sebelumnya, kasus serupa terjadi di kawasan Pancur.
Rentetan kejadian itu menunjukkan bahwa kasus bunuh diri di Rembang tidak bersifat tunggal.
Dari pesisir Lasem hingga daerah selatan seperti Kragan dan Sedan, laporan serupa muncul dengan motif beragam: tekanan ekonomi, persoalan keluarga, hingga depresi berkepanjangan.
Data dan Pola yang Mengkhawatirkan
Meski belum ada angka resmi yang dipublikasikan, data Badan Pusat Statistik (BPS) Rembang mencatat sejumlah desa dan kelurahan memiliki “keberadaan korban bunuh diri” pada kategori sosial.
Artinya, fenomena ini menyebar di berbagai wilayah, bukan hanya di satu kecamatan.
Namun, BPS belum merilis jumlah pasti kasus untuk tahun 2025.
Minimnya data terpusat membuat analisis kuantitatif sulit dilakukan.