suararembang.com - Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, tengah menjadi pusat perhatian dunia internasional setelah penerapan darurat militer pada 3 Desember 2024.
Keputusan ini memicu polemik besar hingga melibatkan parlemen dan skandal politik yang mengancam masa jabatannya.
Berikut tiga fakta penting seputar kasus yang mengguncang Korea Selatan ini.
Baca Juga: Produk UMKM Rembang Berpeluang Tembus Pasar Korea
1. Kronologi Penyerbuan Pasukan ke Majelis Nasional
Keputusan Presiden Yoon untuk menerapkan darurat militer disebut sebagai upaya menghadapi "kekuatan anti-negara."
Dalam pidatonya pada 3 Desember 2024, ia menyatakan, “Untuk menghancurkan kekuatan anti-negara yang telah menimbulkan kekacauan.”
Setelah pengumuman tersebut, pasukan militer lengkap dengan helm dan polisi dikerahkan menuju gedung Majelis Nasional.
Ketegangan memuncak saat staf parlemen mencoba menahan pasukan dengan alat pemadam kebakaran.
Namun, hanya dalam waktu enam jam, parlemen yang terdiri dari 190 dari 300 anggota menganulir keputusan tersebut dan menyatakan darurat militer tidak sah.
Peristiwa ini memicu penyelidikan terhadap Yoon, yang terancam dimakzulkan pada sidang Majelis Nasional 7 Desember 2024.
2. Skandal Politik dan Korupsi di Balik Penerapan Darurat Militer
Krisis ini tidak lepas dari rangkaian masalah politik yang mendera Presiden Yoon. Kekalahan partainya dalam pemilu parlemen pada April 2024 memperlemah posisinya.
Ia gagal meloloskan berbagai rancangan undang-undang (RUU) dan terpaksa memveto kebijakan oposisi.
Skandal korupsi turut memperburuk situasi, termasuk tuduhan manipulasi saham dan gratifikasi yang melibatkan Ibu Negara dengan hadiah tas Dior.
Akibatnya, tingkat persetujuan publik terhadap Yoon anjlok hingga 17 persen, angka terendah dalam sejarah politik Korea Selatan.