suararembang.com - Dari kejauhan, alunan musik organ tunggal terdengar merdu. Semakin mendekat, suasana semakin terasa hangat dengan suara merdu para anggota yang sedang bernyanyi.
Komunitas Jengjeng-Jengjeng Pelangi kembali berkumpul, merayakan kecintaan mereka pada lagu-lagu nostalgia di salah satu gedung pertemuan di Ngemplak, Lasem.
Perjalanan Komunitas Musik Nostalgia
Awalnya, komunitas ini terbentuk dari sekumpulan orang yang gemar bernyanyi dan bermain musik.
Seiring waktu, pertemuan mereka menjadi semakin rutin hingga akhirnya pada tahun 2010, mereka resmi membentuk komunitas Jengjeng-Jengjeng Pelangi.
Nama ini berasal dari suara alat musik "jengjeng-jengjeng", sementara "pelangi" melambangkan keberagaman anggotanya.
Anggota komunitas ini berasal dari berbagai profesi, mulai dari pedagang bakso, tukang, karyawan swasta, pegawai negeri, petani, hingga pensiunan.
Salah satu pendirinya, Sodik, yang juga mantan pejabat Pemkab Rembang, mengenang awal mula komunitas ini.
"Sebelumnya, kami hanya sekadar nongkrong dan bernyanyi. Lalu, kami sepakat membentuk wadah bagi pecinta musik nostalgia," ujar Sodik.
Hingga Februari 2025, komunitas ini telah memiliki 34 anggota, sebagian besar berasal dari Rembang, dengan beberapa dari Pati.
Mereka bergiliran mengadakan pertemuan di rumah anggota, dengan aturan setiap orang mendapatkan jatah dua lagu.
Selain bernyanyi, mereka juga mengadakan arisan sebagai bentuk solidaritas antaranggota. Salah seorang anggota senior mengungkapkan manfaat komunitas ini.
"Saya merasa sangat terhibur dan mendapatkan banyak teman di Jengjeng-Jengjeng Pelangi," katanya.