Minggu, 21 Desember 2025

Trump Kenakan Tarif 32% ke Produk RI, Balas Dendam Dagang?

Photo Author
- Sabtu, 5 April 2025 | 07:00 WIB
Kenaikan Tarif Impor Indonesia pada 32 Persen Disebut Sebagai Upaya Balas Dendam Trump. (instagram.com/whitehouse)
Kenaikan Tarif Impor Indonesia pada 32 Persen Disebut Sebagai Upaya Balas Dendam Trump. (instagram.com/whitehouse)

JAKARTA, suararembang.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bikin gebrakan. Mulai Rabu (3/4/2025), AS resmi mengenakan tarif sebesar 32% untuk produk asal Indonesia yang masuk ke pasar Negeri Paman Sam. 

Pengumuman ini disampaikan lewat akun Instagram resmi Gedung Putih, @whitehouse, dan langsung jadi perhatian dunia.

Nggak cuma Indonesia, sejumlah negara Asia Tenggara lainnya juga kena getahnya. Vietnam dikenai tarif 46%, Thailand 36%, Malaysia 24%, dan Kamboja 49%.

Baca Juga: Tarif Impor 32 Persen dari Trump: Ancaman Serius bagi Ekonomi Indonesia?

Trump menyebut kebijakan ini sebagai "pembalasan" atas negara-negara yang dianggap mengenakan tarif tinggi untuk produk AS.

Contohnya Indonesia, yang disebut memberlakukan tarif 30% untuk etanol dari AS. Padahal, AS hanya mengenakan tarif 2,5% untuk produk serupa dari Indonesia.

Selain tarif, Trump juga menyoroti sejumlah aturan ekonomi di Indonesia yang menurutnya bikin perusahaan asing kesulitan. Mulai dari kewajiban konten lokal, regulasi impor yang rumit, sampai aturan soal pemindahan pendapatan ekspor.

Baca Juga: Tarif Impor AS Naik 32 Persen, Akankah Indonesia Resesi? Ini Strategi Prabowo Menghadapinya

“Negara kita dan para pembayar pajaknya telah ditipu selama lima puluh tahun, tetapi hal itu tidak akan terjadi lagi,” ujar Trump dalam pernyataannya.

Kebijakan ini langsung memicu kekhawatiran. Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, bilang tarif ini bisa berdampak serius ke perekonomian Indonesia.

Menurutnya, tarif 32% bisa bikin ekspor jeblok dan memicu resesi di kuartal IV 2025. Sektor otomotif, elektronik, tekstil, dan pakaian jadi disebut sebagai yang paling terancam.

“Begitu kena tarif yang lebih tinggi, brand itu akan turunkan jumlah order ke pabrik Indonesia,” ujar Bhima.

Lebih parahnya lagi, produk dari negara seperti Vietnam dan Kamboja bisa masuk ke pasar Indonesia dan bersaing langsung dengan produk lokal. Tantangan besar pun menanti pemerintah untuk menjaga daya saing industri nasional di tengah tekanan perdagangan global. **

Editor: Achmad S

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X