JAKARTA, suararembang.com - Jakarta kembali menjadi sorotan setelah investigasi internasional mengungkap jalur sunyi akses chip AI Amerika oleh perusahaan teknologi China. Temuan ini berasal dari laporan The Wall Street Journal dan Tom’s Hardware yang dirilis pada November 2025.
Laporan tersebut menempatkan Indosat Ooredoo Hutchison di pusat perhatian karena keterlibatan fasilitas cloud mereka dalam alur 2.300 GPU Nvidia Blackwell yang dilarang masuk China.
Baca Juga: DeepSeek: AI Revolusioner dari China yang Menghantam Nvidia!
Startup kecerdasan buatan asal China, INF Tech, berhasil memperoleh layanan komputasi berbasis GPU tersebut tanpa menyentuh perangkat kerasnya.
Mereka menyewa kapasitas komputasi jarak jauh dari Indosat yang mengoperasikan 32 rak server Nvidia GB200 di Jakarta. Setiap rak berisi 72 GPU Blackwell sehingga total chip yang tersedia mencapai 2.304 unit.
Server itu dibeli Indosat dari Aivres, perusahaan berbasis di Silicon Valley yang sebagian sahamnya dimiliki Inspur. Entitas teknologi China tersebut berada dalam daftar hitam pemerintah Amerika.
Meski begitu, Aivres tetap diperbolehkan mengekspor perangkat karena berstatus perusahaan Amerika. Total nilai pembelian server oleh Indosat diperkirakan mencapai 100 juta dolar Amerika.
INF Tech didirikan oleh Qi Yuan, warga negara Amerika kelahiran China yang juga memimpin institut AI di Universitas Fudan Shanghai. Perusahaan ini memanfaatkan layanan tersebut untuk riset kecerdasan buatan di sektor keuangan dan kesehatan.
Karena perangkat keras berada di Indonesia dan transaksi hanya berupa akses komputasi jarak jauh, aktivitas ini tidak melanggar aturan ekspor Amerika. China sendiri masih masuk daftar pembatasan untuk chip AI kelas atas.
Direktur Utama Indosat, Vikram Sinha, menegaskan bahwa seluruh transaksi mengikuti aturan yang berlaku. Ia menambahkan bahwa pelanggan internasional termasuk yang berasal dari China wajib melalui proses kepatuhan yang ketat.
Namun, skema ini tetap memicu kekhawatiran para analis keamanan teknologi. Mereka menilai pola seperti ini membuka celah yang memungkinkan perusahaan China mengakses teknologi sensitif lewat negara ketiga dan penyedia layanan cloud internasional.
Kondisi ini menyoroti betapa rumitnya pengawasan ekspor chip AI di tengah kompetisi teknologi global yang makin intens.
Nvidia menyebut pihaknya terus mendukung penuh regulasi ekspor Amerika dan memastikan seluruh mitra mematuhi kebijakan yang berlaku. Kasus INF Tech dan Indosat ini menjadi gambaran nyata bagaimana geopolitik dan bisnis AI global saling bertautan.
Indonesia pun tanpa disadari berada di tengah arus besar perebutan teknologi kecerdasan buatan yang menentukan masa depan industri digital dunia.***