JAKARTA, suararembang.com - Pada tanggal 18 Maret 2025, pasar saham Indonesia mengalami gejolak signifikan, terutama pada saham-saham blue chip sektor perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,84% ke level 6.223, dengan investor asing mencatat net sell sebesar Rp2,49 triliun.
Pergerakan Saham Blue Chip Perbankan
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 4,65% ke level Rp8.200 per saham.
Baca Juga: IHSG Anjlok: Perbandingan dengan Krisis 1998, Pandemi COVID-19, dan Dampaknya pada Saham BBCA
Penurunan ini terjadi meskipun BBCA akan membagikan dividen sebesar Rp250 per lembar saham, dengan cum date pada 20 Maret 2025.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melemah 6,27% ke posisi Rp3.590 per saham.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengalami penurunan 6,62% ke level Rp4.370.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga turun 5,54% ke level Rp4.090 per saham.
Baca Juga: Harga Emas Antam Tembus Rekor Tertinggi: Investasi yang Semakin Menggiurkan
Faktor Penyebab Penurunan
Penurunan harga saham-saham perbankan ini dipengaruhi oleh aksi jual besar-besaran oleh investor asing.
Data perdagangan menunjukkan net foreign sell sebesar Rp1,52 triliun untuk BBCA, Rp642,7 miliar untuk BMRI, Rp361,22 miliar untuk BBRI, dan Rp120,45 miliar untuk BBNI.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, menyarankan investor untuk melakukan average down jika saldo kas masih tersedia, dengan target harga rata-rata 20% atau lebih rendah dari nilai wajar.
Prospek dan Rekomendasi
Meskipun terjadi penurunan signifikan, beberapa analis melihat ini sebagai peluang bagi investor jangka panjang.
Harga saham yang lebih rendah dapat menjadi kesempatan untuk akumulasi, terutama jika fundamental perusahaan tetap kuat.