JAKARTA, suararembang.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung 18-19 Maret 2025.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 agar tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.
Keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan ini diambil di tengah kondisi pasar yang bergejolak akibat kekhawatiran terhadap perang dagang global dan kebijakan fiskal domestik.
Baca Juga: IHSG Anjlok: Perbandingan dengan Krisis 1998, Pandemi COVID-19, dan Dampaknya pada Saham BBCA
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam, mencapai level 6.223,39 pada 18 Maret 2025, turun 3,84%
Namun, setelah pengumuman BI Rate yang tetap di 5,75%, IHSG menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada perdagangan siang hari 19 Maret 2025, IHSG menguat 1,53% ke posisi 6.318,41.
Penguatan ini menjadikan IHSG sebagai salah satu indeks dengan kinerja terbaik di Asia dan ASEAN pada hari tersebut.
Baca Juga: IHSG Anjlok, Perdagangan Saham Dihentikan Sementara: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil langkah untuk menstabilkan pasar dengan mengizinkan perusahaan tercatat melakukan pembelian kembali saham tanpa memerlukan persetujuan pemegang saham.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dalam mengelola volatilitas saham mereka.
Meskipun ada kekhawatiran mengenai kebijakan pemerintah dan kondisi fiskal, langkah-langkah yang diambil oleh BI dan OJK menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas pasar keuangan Indonesia.
Investor diharapkan tetap waspada dan memperhatikan perkembangan kebijakan moneter serta fiskal yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG ke depannya. **