REMBANG, suararembang.com - Generasi Z alias Gen Z, dinilai semakin akrab dengan pola kerja di era gig economy, yakni sistem kerja berbasis proyek atau kontrak jangka pendek yang mengandalkan platform digital.
Bagi banyak anak muda, pekerjaan lepas bukan lagi pilihan sampingan, melainkan cara utama untuk mencari penghasilan.
Baca Juga: Orang Indonesia Ramai Tinggalkan Facebook demi Eksis di TikTok, YouTube Digandrungi Gen X di 2025
Laporan Bank Dunia tahun 2023 mencatat ada lebih dari 435 juta pekerja lepas di seluruh dunia. Jumlah itu mewakili sekitar 12,5 persen dari total tenaga kerja global. Fenomena ini diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa tahun mendatang.
Direktur Utama Black Mammoth, Stoy Hall menuturkan situasi ini membawa peluang sekaligus tantangan.
"Mereka punya fleksibilitas, otonomi, dan banyak sumber penghasilan. Itu luar biasa. Tapi mereka juga kehilangan hal-hal penting untuk masa depan, seperti pensiun, asuransi kesehatan, dan penghasilan yang stabil," ujar Hall sebagaimana dilansir dari Investopedia pada Minggu, 31 Agustus 2025.
Generasi Z terlihat memimpin pergeseran ini. Laporan Ogilvy menyebut pada tahun 2027, hampir separuh tenaga kerja di negara maju akan terjun dalam gig ekonomi.
Pertumbuhannya pun, disebut tiga kali lebih cepat dibanding pekerjaan konvensional.
Kendati tampak menjanjikan, pola kerja ini menuntut Gen Z untuk lebih disiplin mengatur keuangan. Tanpa rencana matang, fleksibilitas bisa berubah menjadi kerentanan finansial.
"Pendapatan yang tidak menentu membuat anggaran sulit dijaga," demikian tertulis dalam laporan Investopedia.
"Strategi yang bisa diterapkan adalah menyusun belanja bulan ini berdasarkan penghasilan bulan lalu, lalu sisihkan dana lebih untuk tabungan darurat," imbuhnya.
Dana darurat menjadi kunci bagi pekerja lepas. Rekomendasi ahli adalah menyiapkan cadangan setara 6 hingga 12 bulan pengeluaran, lebih besar dari standar 3 bulan. Langkah ini penting karena pekerjaan lepas bisa tiba-tiba berhenti.
Agar konsisten, Gen Z disarankan menggunakan sistem tabungan digital. Dengan begitu, sebagian pendapatan langsung masuk ke tabungan tanpa harus bergantung pada niat menabung semata.
Bagi Generasi Z, membangun finansial di era gig economy berarti mengelola arus kas, menyiapkan tabungan darurat, serta berinvestasi pada keterampilan baru.***