suararembang.com - Ratusan warga Rembang, kebanyakan anak-anak, terserang penyakit gondongan. Dinas Kesehatan imbau warga tetap tenang, karena penyakit ini bisa sembuh tanpa pengobatan berat.
Penyakit gondongan menyerang ratusan warga Kabupaten Rembang, sebagian besar anak-anak. Penyakit yang disebabkan virus Paramyxovirus ini membuat masyarakat khawatir, namun Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang mengimbau agar warga tetap tenang.
Baca Juga: Alat Pantau Udara Siap Beroperasi November, Udara Rembang Bisa Dipantau Real-Time
Kepala Dinas Kesehatan Rembang, dr. Ali Syofi'i, menjelaskan bahwa gondongan, yang dikenal juga dengan istilah medis “parotitis,” dapat sembuh sendiri tanpa obat khusus. “Penyakit ini (gondongan) disebabkan virus, dan sifatnya self-limiting disease atau bisa sembuh seiring waktu. Sama seperti batuk pilek, gondongan ini tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri,” ujar dr. Ali saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (1/11/2024).
Gejala gondongan termasuk pembengkakan di pipi, demam, sakit kepala, mulut kering, hingga mudah lelah. Rata-rata, penyakit ini berlangsung sekitar 7–15 hari.
dr. Ali menyarankan pasien bisa melakukan pengobatan mandiri dengan istirahat yang cukup, minum obat pereda nyeri atau penurun demam jika diperlukan, dan menjaga asupan nutrisi agar tubuh cepat pulih.
Ia juga mengingatkan, masyarakat perlu segera ke puskesmas jika mengalami gejala berat seperti demam tinggi, sakit kepala hebat, atau muntah. “Jika gejalanya parah, bisa jadi ada infeksi lain yang butuh penanganan lebih lanjut,” jelasnya.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Rembang, 1 November 2024: Waspadai Hujan Ringan Hingga Malam
Penyebaran gondongan bisa terjadi melalui percikan air liur saat penderita batuk atau bersin. Untuk mencegahnya, hindari berbagi alat makan atau minum, dan cuci tangan setelah kontak dengan benda di sekitar penderita.
Dinas Kesehatan merekomendasikan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk mencegah penyakit gondongan, terutama pada anak-anak. Berdasarkan data Oktober 2024, ada 621 kasus gondongan di Rembang. Rinciannya, 501 kasus terjadi pada anak usia 5–14 tahun, 60 kasus pada remaja dan dewasa usia 15–44 tahun, 54 kasus pada balita, serta 6 kasus pada lansia di atas 45 tahun.
“Sebagian besar sudah sembuh, jadi masyarakat tak perlu terlalu khawatir,” pungkas dr. Ali.