suararembang.com - Pengeluaran yang boros atau berlebihan sering dianggap semata-mata sebagai persoalan keuangan, padahal pada kenyataannya, perilaku ini dapat membawa dampak besar pada kesehatan mental.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belanja yang tidak terkontrol dapat memperburuk gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres.
Efek psikologis dari pengeluaran berlebihan, baik karena gaya hidup konsumtif maupun tekanan sosial, menjadi isu yang semakin relevan dalam dunia yang semakin materialistis.
Baca Juga: Lupakan FOMO, Begini Cara Ambil Momen Terbaik di Dunia Nyata Tanpa Internet!
Dampak Boros
Salah satu dampak utama dari pengeluaran berlebihan adalah akumulasi utang yang tak terkendali.
Ketika seseorang terus menerus membelanjakan uang di luar kemampuannya, utang yang dihasilkan dapat memicu kecemasan yang berkepanjangan.
Studi yang dipublikasikan oleh Psychology Today menyebutkan bahwa individu yang memiliki utang cenderung mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki utang.
Kecemasan ini sering kali berakar pada ketakutan akan ketidakpastian finansial di masa depan, serta kekhawatiran tentang kemampuan melunasi utang-utang tersebut.
Ketegangan mental akibat utang ini dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan yang serius apabila tidak dikelola dengan baik.
Selain itu, pengeluaran berlebihan juga dapat merusak rasa harga diri seseorang.
Dalam banyak budaya, terutama di negara-negara dengan sistem ekonomi kapitalis, konsumerisme sering dijadikan tolok ukur status sosial.
Tekanan untuk membeli barang mewah atau mengikuti tren, meskipun tidak sesuai kemampuan finansial, dapat menciptakan kesenjangan keuangan sekaligus memperparah krisis identitas.
Hubungan Boros dengan Masalah Kesehatan Mental
Sebuah artikel di The Guardian menyebutkan bahwa konsumsi yang didorong oleh ekspektasi sosial bisa menciptakan perasaan ketidakpuasan yang terus-menerus, dan dalam banyak kasus, perasaan ini bisa berkembang menjadi depresi.
Perasaan bahwa diri mereka tidak cukup baik atau tidak memenuhi standar sosial dapat menyebabkan masalah kesehatan mental lebih lanjut.