Senin, 22 Desember 2025

Krisis Transportasi dan Budaya, Pulau Enggano di Ambang Kehancuran

Photo Author
- Minggu, 22 Juni 2025 | 05:43 WIB
Krisis transportasi dan ekonomi mengancam masa depan budaya dan lingkungan Pulau Enggano di Bengkulu.
Krisis transportasi dan ekonomi mengancam masa depan budaya dan lingkungan Pulau Enggano di Bengkulu.

SUARAREMBANG.COM - Pulau Enggano, yang terletak sekitar 114 kilometer dari pantai barat Sumatra, tengah menghadapi krisis multidimensi.

Pulau dengan luas sekitar 400 kilometer persegi ini dihuni oleh hampir 4.500 jiwa. Kini, kehidupan masyarakat lokal terancam oleh persoalan ekonomi, ekologi, dan hilangnya identitas budaya.

Baca Juga: Gubernur Mualem Bicara Sejarah Baru Usai Presiden Prabowo Putuskan Empat Pulau Sengketa Jadi Milik Aceh

Transportasi Terputus, Ekonomi Terhenti

Sejak Maret 2025, pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai menyebabkan kapal tidak bisa bersandar. Aktivitas distribusi logistik dan hasil bumi pun terhenti total.

Akibatnya, petani pisang di Enggano terpaksa membuang hasil panen ke laut karena tidak dapat dikirim keluar pulau. Kerugian ekonomi akibat kondisi ini ditaksir mencapai Rp 2 miliar setiap bulan.

Kondisi ini juga berdampak pada distribusi bahan bakar minyak dan listrik. Kebutuhan dasar masyarakat sulit terpenuhi karena akses keluar-masuk pulau menjadi sangat terbatas.

Baca Juga: Presiden Prabowo Putuskan 4 Pulau Sengketa Resmi Masuk Aceh, Ini Fakta Lengkapnya!

Cuaca buruk dan ketergantungan terhadap transportasi laut memperparah situasi.

Ancaman Ekologis dan Krisis Air

Pulau Enggano mengalami abrasi pantai dan intrusi air laut ke dalam tanah. Lahan pertanian yang dulu produktif kini menyusut dan rusak.

Dulu warga bisa panen padi dua kali dalam setahun, kini hanya satu kali. Sebagian besar warga pun mulai mengalami krisis air bersih.

Rencana ekspansi perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan besar menimbulkan kekhawatiran baru.

Kehadiran sawit dikhawatirkan akan mempercepat kerusakan lingkungan dan mempersempit ruang hidup masyarakat lokal serta flora-fauna endemik.

Budaya Asli Terancam Punah

Suku Enggano terdiri atas enam kelompok adat, termasuk Kaahoao dan Kaitora. Namun, jumlah penutur bahasa Enggano terus menurun. Saat ini hanya sekitar 1.500 orang yang masih menuturkan bahasa tersebut.

Berbagai upaya pelestarian budaya dan bahasa sedang dilakukan. Peneliti dari Oxford University bekerja sama dengan BRIN untuk mendokumentasikan serta menghidupkan kembali bahasa dan tradisi lisan masyarakat Enggano.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X