Minggu, 21 Desember 2025

Januari 2025 Catat Suhu Terpanas, Ilmuwan Kaget dengan Tren Pemanasan Global

Photo Author
- Senin, 10 Februari 2025 | 21:20 WIB
Suhu panas pada Januari disebut jadi tanda kiamat. (Freepik/Freepik)
Suhu panas pada Januari disebut jadi tanda kiamat. (Freepik/Freepik)

suararembang.com - Januari 2025 menjadi bulan dengan suhu udara permukaan tertinggi dalam sejarah, bahkan ketika fenomena La Nina masih berlangsung.

Copernicus Climate Change Service, lembaga pemantau iklim Uni Eropa, mencatat kenaikan suhu global sebesar 1,75°C di atas tingkat praindustri.

Baca Juga: Bill Gates Ungkap Tanda-tanda Kiamat Sudah Terlihat, Singgung tentang Indonesia, Ada Apa?

"Januari 2025 adalah bulan mengejutkan lainnya, melanjutkan tren suhu ekstrem yang terjadi selama dua tahun terakhir," ujar Samantha Burgess dari European Centre for Medium-Range Weather Forecast.

Fenomena ini membingungkan ilmuwan, mengingat seharusnya La Niña membantu menurunkan suhu global.

Ilmuwan Bingung: Mengapa Suhu Tetap Panas?

Banyak ahli sebelumnya memperkirakan suhu akan menurun setelah El Niño mencapai puncaknya pada awal 2024. Namun, kenyataannya suhu tetap tinggi, bahkan mendekati rekor baru.

Baca Juga: Kisah Inspiratif: Pendiri Eco Packable yang Ciptakan Inovasi Bungkusan Paket Online Berbahan yang Ramah Lingkungan

"Inilah yang cukup mengejutkan. Kita tidak melihat efek pendinginan seperti yang diperkirakan sebelumnya," kata Julien Nicolas, ilmuwan iklim dari Copernicus, dikutip dari The Guardian.

Menurut para pakar, kenaikan suhu di atas 1,5°C dapat meningkatkan risiko cuaca ekstrem seperti gelombang panas, hujan lebat, dan kekeringan.

Suhu Laut Ikut Meningkat

Tidak hanya atmosfer, suhu permukaan laut juga mencatat rekor. Data menunjukkan bahwa suhu laut pada Januari 2025 menjadi yang tertinggi kedua sepanjang sejarah pencatatan.

"Yang membingungkan adalah mengapa suhu tetap setinggi ini," ujar Nicolas.

Para ilmuwan menduga bahwa pembakaran bahan bakar fosil masih menjadi faktor utama pemanasan global. Namun, ada kemungkinan faktor tambahan seperti perubahan pola awan reflektif akibat penurunan emisi sulfur dari industri perkapalan.

Sebuah penelitian terbaru bahkan menyelidiki kemungkinan berkurangnya awan rendah yang mempercepat peningkatan suhu di permukaan bumi. Namun, teori ini masih dalam tahap kajian lebih lanjut.

Indonesia Tak Luput dari Dampak

Kenaikan suhu global juga berdampak pada Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat anomali suhu udara rata-rata di Januari 2025 sebesar 0,20°C, menjadikannya rekor tertinggi ke-11 sejak 1981.

Halaman:

Editor: R. Heryanto

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X