Rumah adat tradisional yang dulunya berbentuk seperti sarang lebah kini hanya tersisa dalam catatan sejarah.
Sejak awal 1900-an, rumah-rumah adat itu telah hilang setelah datangnya misionaris dari luar pulau.
Keanekaragaman Hayati yang Rentan
Pulau Enggano memiliki berbagai spesies endemik seperti burung cuckoo-dove, scops owl, imperial pigeon, dan thrush.
Namun, tekanan dari ekspansi kelapa sawit dan abrasi pesisir mengancam habitat alami satwa tersebut.
Seruan Aksi Nyata
Masyarakat adat dan para peneliti mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata.
Mereka menuntut normalisasi pelabuhan, perbaikan transportasi, serta perlindungan terhadap lingkungan dan budaya.
Organisasi masyarakat sipil dan forum internasional juga telah mengangkat Pulau Enggano sebagai prioritas konservasi lingkungan dan budaya.
Dukungan struktural dari pemerintah pusat dan daerah sangat dibutuhkan untuk menjaga masa depan pulau ini.
Pulau Enggano kini berada di titik kritis. Krisis transportasi telah memicu efek domino terhadap ekonomi, budaya, dan lingkungan.
Jika tidak segera ditangani, Enggano bisa kehilangan jati dirinya dan menjadi bukti nyata dari kelalaian dalam menjaga wilayah terpencil yang kaya potensi.**