lingkungan

Cuaca Dingin Bukan Karena Aphelion, Ini Penjelasan Lengkap BMKG

Kamis, 10 Juli 2025 | 04:37 WIB
Ramai isu Aphelion bikin cuaca dingin di Indonesia. BMKG jelaskan penyebab sebenarnya penurunan suhu di musim kemarau.

SUARAREMBANG.COM – Suhu udara di sejumlah wilayah Indonesia belakangan ini terasa lebih dingin dari biasanya. Kondisi ini membuat banyak orang bertanya-tanya, apakah fenomena Aphelion jadi penyebabnya?

Di media sosial dan grup WhatsApp, beredar pesan yang menyebut cuaca dingin terjadi karena posisi Bumi sedang berada paling jauh dari Matahari, atau dikenal sebagai Aphelion.

Baca Juga: Kemarau Basah dan Pranata Mangsa: Saat Langit Tak Lagi Taat Kalender

Namun, menurut BMKG, informasi tersebut tidak sepenuhnya benar. Memang benar Aphelion terjadi setiap tahun sekitar bulan Juli, tetapi fenomena astronomis ini tidak berdampak besar terhadap cuaca di Bumi.

“Fenomena Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi atmosfer atau suhu udara di permukaan bumi,” jelas BMKG.

Cuaca dingin yang dirasakan masyarakat justru merupakan hal yang biasa terjadi saat musim kemarau, terutama antara Juli hingga September.

Baca Juga: Fenomena Kemarau Basah 2025: Hujan Tak Kunjung Reda, Apa Penyebabnya?

Pada periode ini, angin bertiup dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia, yang sedang mengalami musim dingin.

Angin tersebut dikenal sebagai Monsoon Dingin Australia. Saat melewati Samudra Indonesia yang suhunya relatif lebih rendah, angin ini membawa udara dingin ke wilayah Indonesia, khususnya di bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Tak hanya itu, berkurangnya awan dan hujan juga membuat suhu terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

Baca Juga: Cuaca Rembang Hari Ini 10 Juli 2025: Cerah Berawan, Ini Waktu Terbaik untuk Aktivitasmu!

Tanpa tutupan awan, panas yang dilepaskan Bumi langsung hilang ke atmosfer luar. Akibatnya, udara permukaan menjadi lebih dingin dari biasanya.

Langit cerah atau clear sky memperkuat efek ini. Energi radiasi bumi yang seharusnya tertahan oleh awan, justru langsung keluar ke angkasa, membuat suhu turun drastis di malam hari.

Fenomena ini bahkan bisa menimbulkan embun es atau embun upas di daerah pegunungan seperti Dieng. Embun tersebut sering disalahartikan sebagai salju karena bentuknya yang putih dan membeku di tanaman.

Halaman:

Tags

Terkini