“Yang membuat saya marah itu karena berbohong,” ucapnya.
Ratusan Siswa Mogok Sekolah
Kasus itu kemudian memicu gelombang protes dari para murid. Lebih dari 630 siswa memilih mogok sekolah pada Senin 13 Oktober 2025 sebagai bentuk dukungan terhadap kepala sekolah mereka.
Dini menyayangkan aksi tersebut, meski kegiatan guru di sekolah tetap berlangsung normal.
“Tentu ini enggak benar. Tapi kami semua tetap bekerja. Kami ASN, tugasnya melayani,” ujarnya.
Pihak sekolah disebut sudah berkoordinasi agar kegiatan belajar mengajar tetap kondusif, meskipun sebagian besar siswa memilih tidak hadir.
Penonaktifan Sementara Kepala Sekolah
Kasus ini kemudian mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Banten. Wakil Gubernur Banten, Dimyati Natakusumah, menyebut penonaktifan kepala sekolah dilakukan untuk menjaga kondusivitas di lingkungan pendidikan.
“Sekarang sudah harus nonaktif, tidak boleh tawar-tawar lagi. Ganti Plt sekalian diproses,” ujarnya kepada wartawan pada Selasa 14 Oktober 2025.
Dimyati menegaskan, langkah penonaktifan sementara merupakan bagian dari proses investigasi guna memastikan posisi dan kesalahan masing-masing pihak.
“Apapun penyebabnya, kepala sekolah tetap kita beri sanksi dulu nonaktif, baru dilakukan investigasi. Nanti hasilnya kita perbaiki,” jelasnya.
Akhir yang Damai
Setelah melalui proses mediasi yang difasilitasi langsung oleh Gubernur Banten, kasus ini akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan.
Baik Dini maupun Indra sepakat menutup peristiwa itu tanpa dendam.***