JAKARTA, suararembang.com - Polemik ijazah Jokowi kembali ramai dibahas publik. Pada 27 April 2025, pakar digital forensik Joshua M Sinambela mengunggah penjelasan lengkap melalui status Facebook pribadinya.
Ia membahas berbagai asumsi yang selama ini beredar dengan pendekatan ilmiah.
Baca Juga: UGM Tegaskan Ijazah dan Skripsi Joko Widodo Asli, Ini Faktanya
Joshua menjelaskan, font "Times Roman" atau "Times New Roman" sudah digunakan sejak 1930-an.
Pada 1980-an, font ini lazim dipakai oleh percetakan di sekitar Universitas Gadjah Mada (UGM), termasuk pada skripsi mahasiswa.
Dalam unggahannya, Joshua menyebut skripsi milik Joko Widodo dan teman seangkatannya di Fakultas Kehutanan UGM menggunakan jasa penjilidan "PERDANA".
Baca Juga: Alumni dan Akademisi UGM Bantah Tuduhan Ijazah Palsu Joko Widodo
Font yang digunakan pada halaman judul hingga pengesahan seragam, sedangkan isi skripsi diketik dengan mesin tik.
Joshua juga menyoroti bahwa kesalahan penulisan nama dosen atau dekan adalah hal lumrah di masa itu. Bahkan typo di dokumen akademik kerap muncul akibat kelalaian jasa ketik dan percetakan.
Terkait foto ijazah yang beredar di internet, Joshua menegaskan bahwa file hasil foto ulang tidak sah untuk analisis forensik digital.
Teknik Error Level Analysis (ELA) hanya berlaku untuk file digital asli. Begitu pula teknologi face recognition yang dipakai sembarangan dapat menghasilkan kesimpulan keliru.
"Asumsi tidak bisa dijadikan bukti hukum, apalagi dalam digital forensik yang fokus pada fakta ilmiah," tegas Joshua.
Ia juga mengingatkan bahwa keaslian ijazah hanya bisa dibuktikan melalui uji fisik seperti analisis tinta, kertas, watermark, hingga pemeriksaan cap dan tanda tangan dengan metode khusus.
Joshua turut mengkritisi media dan kanal podcast yang melabeli orang-orang tanpa kompetensi sebagai ahli digital forensik. Ia menyatakan pentingnya validasi metode sebelum menyebarkan klaim kepada publik.
Artikel Terkait
Jokowi Tolak Tunjukkan Ijazah UGM ke Massa: Hanya Akan Ditampilkan Jika Diminta Pengadilan