SUARAREMBANG.COM - Yahya Waloni, lahir pada 30 November 1970 di Manado, Sulawesi Utara, berasal dari keluarga Kristen Protestan yang taat.
Sejak muda, ia aktif dalam kegiatan gereja dan menempuh pendidikan teologi secara formal.
Baca Juga: Fakta-Fakta Dakwah Ustaz Yahya Waloni: Dari Pendeta hingga Wafat di Mimbar
Ia meraih gelar doktor dari Institut Theologia Oikumene Imanuel Manado pada 10 Januari 2004.
Kariernya dalam dunia keagamaan Kristen cukup cemerlang. Ia pernah menjabat sebagai Ketua atau Rektor di Sekolah Tinggi Theologia (STT) Calvinis Ebenhaezer di Sorong dari tahun 1997 hingga 2004.
Selain itu, ia juga terdaftar sebagai pendeta pada Badan Pengelola Am Sinode GKI di Tanah Papua, Wilayah VI Sorong-Kaimana.
Pada tahun 2006, Yahya Waloni memutuskan untuk memeluk agama Islam bersama keluarganya. Setelah menjadi mualaf, ia aktif berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam.
Ia sering membahas isu-isu seputar kristenisasi dan misionaris dengan sudut pandang yang berbeda.
Perjalanan hidupnya tidak lepas dari kontroversi. Pada tahun 2021, ia sempat dijatuhi hukuman penjara selama lima bulan dan denda Rp 50 juta atas kasus ujaran kebencian terkait SARA.
Yahya Waloni meninggal dunia pada 6 Juni 2025 saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Darul Falah, Makassar. Ia tiba-tiba terduduk di mimbar dan meninggal sekitar pukul 12.30 WITA.
Perjalanan pendidikan Yahya Waloni mencerminkan transformasi spiritual yang mendalam. Dari seorang pendeta dengan latar belakang teologi yang kuat, ia beralih menjadi pendakwah Islam yang aktif.
Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam memahami perjalanan iman dan keyakinan.**
Artikel Terkait
Fakta-Fakta Dakwah Ustaz Yahya Waloni: Dari Pendeta hingga Wafat di Mimbar