SUARAREMBANG.COM - Proses evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang terjatuh di jurang Gunung Rinjani, NTB, menjadi sorotan publik. Banyak masyarakat mempertanyakan respons tim SAR yang dinilai lamban.
Namun, penjelasan resmi dari Basarnas menegaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem di lokasi kejadian membuat evakuasi udara tidak memungkinkan.
Evakuasi Juliana dilakukan dengan penuh tantangan di medan yang berat. Juliana terjatuh di sekitar Cemara Nunggal pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Butuh waktu empat hari sebelum jasadnya berhasil dievakuasi tim SAR pada Rabu, 25 Juni 2025.
Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menyampaikan bahwa komunikasi intens dilakukan dengan keluarga korban.
Hal ini difasilitasi langsung oleh Kedutaan Besar Brasil di Indonesia.
“Difasilitasi oleh pihak embassy atau kedutaan, kita sampaikan mulai dari kegiatan yang dilaksanakan kemudian kita presentasikan tahapan-tahapan kegiatan, sebagai tanggapan moral dari pemerintahan terhadap korban warga negara asing tersebut,” ungkap Syafii dalam konferensi pers, dikutip dari unggahan SAR Mataram, Jumat, 27 Juni 2025.
Melalui pertemuan tersebut, keluarga Juliana Marins menyampaikan apresiasi atas kerja keras Basarnas selama proses evakuasi.
Keluarga menerima dengan lapang dada hasil akhir dari operasi penyelamatan ini.
“Dari pihak keluarga Alhamdulillah, yang pertama menyampaikan apresiasi apa yang sudah dilakukan kita dan operasi yang kita laksanakan,” ujarnya.
Syafii menambahkan bahwa keluarga memahami situasi sulit yang dihadapi oleh tim SAR.
Menurutnya, masyarakat umum mungkin tidak memahami sepenuhnya tantangan medan dan cuaca yang dihadapi oleh petugas di lapangan.
“Pihak keluarga bisa sangat menerima situasi dan kondisi yang dihadapi karena memang mungkin tidak selamanya sama dari apa yang diperkirakan oleh masyarakat yang tidak tahu persis apa yang terjadi di sini,” terangnya.
Artikel Terkait
Proses Evakuasi Terakhir Juliana Marins dari Jurang Rinjani, Tim SAR Langsung Bawa Jenazah ke RS Bhayangkara Polda NTB