Senin, 22 Desember 2025

Bukan 17 Agustus 1945, Mulanya Proklamasi Kemerdekaan RI Direncanakan di Tanggal Ini Menurut Catatan Sejarah

Photo Author
- Senin, 18 Agustus 2025 | 09:20 WIB
Potret sejarah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Presiden ke-1 RI, Soekarno pada 17 Agustus 1945. (X.com/BoudewijnSteur)
Potret sejarah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Presiden ke-1 RI, Soekarno pada 17 Agustus 1945. (X.com/BoudewijnSteur)

JAKARTA, suararembang.com - Setiap tahun, rakyat Indonesia merayakan 17 Agustus dengan penuh suka cita. Tanggal ini dikenang sebagai hari lahirnya bangsa yang merdeka.

Kendati demikian, belum banyak warga RI yang tahu sebenarnya tanggal proklamasi sempat bukan ditetapkan pada 17 Agustus 1945 silam.

Baca Juga: Sambut HUT Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia: Tema, Logo dan Panduan Visual Resmi Bisa Diunduh di Situs Setneg

Dalam catatan sejarah yang dituliskan Aboe Bakar Lubis dalam bukunya bertajuk "Kilas-Balik Revolusi: Kenangan, Pelaku, dan Saksi (1992)", kemerdekaan RI sempat direncanakan jatuh pada 24 Agustus 1945.

Rencana itu muncul setelah pertemuan penting antara tokoh bangsa dan pihak Jepang di Vietnam.

Tanggal 12 Agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat dipanggil ke Dalat, Vietnam. Mereka bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima Militer Jepang di Asia Tenggara. Di sana, sebuah kabar besar diungkapkan.

Terauchi menyampaikan, Jepang sudah berada di ambang kekalahan setelah hancurnya Hiroshima dan Nagasaki akibat bom atom Amerika Serikat. Kondisi itu membuat Jepang berjanji memberi kesempatan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

“Kapanpun bangsa Indonesia siap, kemerdekaan boleh dinyatakan,” kata Terauchi dalam pertemuan tersebut.

Ia bahkan menyarankan agar proklamasi dilakukan pada 24 Agustus 1945, dengan persiapan lanjutan dimulai sehari setelahnya.

Lalu, Soekarno dan rombongan sepakat dengan tawaran itu. Menurut catatan Aboe Bakar Lubis, kabar gembira ini segera disebarkan setibanya mereka di Tanah Air.

"Namun, situasi berubah cepat. Pada 14 Agustus 1945, Jepang resmi menyerah kepada Sekutu. Kabar tersebut memicu perpecahan di kalangan pergerakan nasional antara golongan tua dan golongan muda," tulis Aboe Bakar Lubis dalam bukunya.

Golongan muda, diwakili tokoh seperti Sutan Syahrir, Wikana, dan Chairul Saleh, mendesak agar proklamasi segera dilakukan tanpa menunggu arahan Jepang. Mereka khawatir kemerdekaan Indonesia hanya menjadi bagian dari strategi politik Jepang.

Sementara itu, Soekarno dan Hatta masih berpegang pada rencana semula. Mereka menilai jika kemerdekaan diproklamasikan terlalu cepat, bangsa ini belum siap secara matang. Apalagi, dukungan PPKI dan persiapan administrasi negara belum tuntas.

"Ketegangan semakin memuncak. Pada 15 Agustus 1945, golongan muda akhirnya membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Di tempat itulah mereka menekan kedua pemimpin itu agar segera memutuskan," tutur Aboe Bakar Lubis.

Halaman:

Editor: Achmad S

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jadwal Bioskop Pati Hari Ini, Minggu 21 Desember 2025

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:02 WIB
X