Coretax: Transformasi Layanan Pajak RI yang Sedang Diuji Coba & Tantangannya

JAKARTA, suararembang.com - Coretax kini menjadi sorotan publik karena membawa janji layanan pajak yang lebih mudah dan efisien.

Sistem Coretax DJP hadir untuk menyatukan semua proses administrasi perpajakan dalam satu platform terpadu.

Baca Juga: Babak Baru Perbaikan Coretax: Sri Mulyani Sempat Janjikan Sistem Pajak Efisien hingga Kini Menkeu Purbaya Bawa Jago-jago IT

Sebelumnya, sistem pajak di Indonesia tersebar di berbagai aplikasi terpisah—efaktur, e‑filling, web DJP, dll.

Dengan Coretax, semua modul seperti registrasi, pelaporan SPT, pembayaran, hingga penagihan akan terhubung dalam satu sistem yang sama.

Peluncuran resmi Coretax dilakukan pada tanggal 31 Desember 2024, dan sistem ini mulai difungsikan penuh sejak Januari 2025.

Manfaat Coretax yang Diharapkan

1. Efisiensi dan kecepatan — Proses administrasi perpajakan dipersingkat, dan data saling terintegrasi.

2. Peningkatan kepatuhan wajib pajak — Dengan sistem yang lebih mudah, harapannya masyarakat lebih tertib dalam pelaporan pajak.

3. Analisis data pajak lebih baik — Data yang tersentral memungkinkan pengambilan kebijakan yang lebih akurat.

4. Layanan lebih transparan — Aktivitas wajib pajak menjadi lebih terbuka dan dapat diaudit.

Tantangan dan Kritik Seputar Implementasi Coretax

Meski gagasannya menjanjikan, aplikasi Coretax tidak lepas dari kritik dan masalah teknis.

Beberapa pengguna melaporkan bahwa pembuatan akun tidak berjalan lancar dan sistem sering error atau lambat.

Pemerintah juga mengakui bahwa aplikasi mengalami “downtime” berkala untuk pemeliharaan.

Dirjen Pajak menjelaskan bahwa downtime itu direncanakan sebagai bagian stabilisasi sistem jangka panjang.