ACEH TAMIANG, suararembang.com - Aceh Tamiang menjadi wilayah terparah terdampak banjir dan longsor di Sumatera akhir November lalu.
Hingga kini, bantuan logistik masih terus disalurkan pemerintah dan relawan.
Wilayah ini sempat dijuluki “Kota Zombie” oleh warganet.
Kondisi gelap gulita, mobil terbengkalai, dan lumpur setinggi atap rumah masih terlihat.
Baca Juga: Vilmei Terharu Bagikan Bantuan di Aceh Tamiang, Warga Tetap Tersenyum di Tengah Puing Pascabanjir
Cerita warga Aceh Tamiang menggambarkan perjuangan bertahan hidup pascabanjir besar.
Makanan menjadi persoalan utama saat bantuan belum menjangkau lokasi.
Dua Butir Telur untuk 23 Orang
Kisah memilukan ini diunggah akun Instagram @pempek_funny.
Seorang warga menceritakan kondisi saat mereka terjebak banjir tinggi.
Air belum surut dan bantuan belum datang selama beberapa hari.
Warga terpaksa saling berbagi makanan seadanya.
“Dua butir telur untuk kami makan 23 orang, potong segini-gini lah bu,” ujar warga tersebut.
Telur dibagi sangat kecil agar semua kebagian.
Potongannya hanya sebesar satu ruas jari.
“Untuk rasa aja, kan nikmat itu. Kan ke depan kita ngak tahu ya, kadang lebih pahit lagi, itu kita makan sedikit-sedikit,” lanjutnya.
Bantuan Mulai Datang Setelah Tiga Hari
Setelah tiga hari terisolasi, bantuan perlahan mulai berdatangan.
Warga mulai menerima makanan dari relawan dan masyarakat sekitar.
“Alhamdulillah, 3 hari udah ada orang yang kirim-kirim (bantuan) kayak ibu ini, ada juga yang deket-deket sini. Ada Indomie, lumayan. Alhamdulillah,” imbuhnya.
Banjir juga merendam area persawahan warga.
Padi yang hampir panen ikut tenggelam dan rusak.
Sebagian padi masih dimanfaatkan untuk bertahan hidup.
“Padi tenggelam, hitam-hitam kami jemur, jadi beras hitam,” lanjutnya.
Artikel Terkait
Vilmei Terharu Bagikan Bantuan di Aceh Tamiang, Warga Tetap Tersenyum di Tengah Puing Pascabanjir