suararembang.com - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Rabu, 15 Januari 2025, di Keraton Kilen Yogyakarta, menarik perhatian publik, terutama terkait pilihan busana keduanya.
Motif pakaian yang dikenakan dianggap menyiratkan pesan tertentu, mengingat keduanya berasal dari budaya Jawa yang kaya akan simbolisme.
Baca Juga: Jokowi Masuk Daftar Tokoh Dunia Terkorup 2024 Versi OCCRP
Joko Widodo mengenakan kemeja batik dengan motif Naga Dersonolo, karya Galeri Bendoro Batik Solo.
Aris Suharsono Yosodhiningrat, pemilik galeri tersebut, menjelaskan bahwa motif ini melambangkan keberanian dan perlindungan.
Naga Dersonolo digambarkan sebagai naga bersayap yang hidup di kayangan atau angkasa luas, denn sayapnya berfungsi sebagai penangkal hal-hal buruk.
Secara tradisional, motif naga dalam batik biasanya dikenakan oleh raja dan permaisuri sebagai simbol legitimasi kekuasaan yang mutlak atas negara Mataram dan wilayah kekuasaannya.
Pakaian Sri Sultan HB X: Bukan Batik, Melainkan Sasirangan
Sementara itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengenakan kemeja yang awalnya dikira bermotif batik Gringsing, yang dikenal sebagai penolak bala.
Namun, Dicky Firmanto, Caos Kagunan Kawedanan Kridha Mardawa Keraton Yogyakarta, menegaskan bahwa pakaian tersebut bukan batik, melainkan kain Sasirangan, kain khas suku Banjar dari Kalimantan Selatan.
Hartanto, Ketua Bidang Pengkajian Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, menambahkan bahwa motif tersebut tidak memiliki makna khusus dalam budaya Jawa, karena berasal dari budaya Kalimantan.
Apakah Ada Pesan Tersirat di Balik Pilihan Pakaian Ini?
Spekulasi mengenai adanya pesan tersirat dari pilihan motif pakaian kedua tokoh ini beredar di kalangan warganet.
Namun, para ahli menegaskan bahwa tidak ada makna khusus yang ingin disampaikan melalui pilihan busana tersebut.
Dicky Firmanto menyatakan bahwa pakaian yang dikenakan Sultan adalah hal biasa tanpa maksud tertentu.
Hartanto juga menegaskan bahwa motif Sasirangan yang dikenakan Sultan tidak memiliki makna khusus dalam konteks budaya Jawa.