SEMARANG, suararembang.com - Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah, memiliki tradisi unik bernama Munggahan.
Tradisi ini merupakan bentuk persiapan spiritual dan sosial sebelum memasuki masa puasa.
Munggahan biasanya dilakukan pada akhir bulan Syakban, satu atau dua hari sebelum Ramadan dimulai.
Baca Juga: Persiapan Menyambut Ramadhan: Niat Puasa, Shalat Tarawih, dan Tradisi di Berbagai Daerah
Makna dan Sejarah Munggahan
Kata "Munggahan" berasal dari bahasa Sunda "unggah" yang berarti naik. Secara simbolis, tradisi ini melambangkan peningkatan spiritual menuju bulan yang lebih suci dan penuh berkah dalam ajaran Islam.
Munggahan telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Sunda dan Jawa, diwariskan secara turun-temurun sebagai wujud syukur dan persiapan menyambut Ramadan.
Kegiatan dalam Tradisi Munggahan
Pelaksanaan Munggahan bervariasi di setiap daerah, namun umumnya melibatkan beberapa kegiatan utama:
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan 1446 H pada 1 Maret 2025, Idul Fitri Jatuh pada 31 Maret 2025
-
Makan Bersama: Keluarga besar berkumpul untuk menikmati hidangan khas, mempererat tali silaturahmi sebelum menjalani ibadah puasa.
-
Ziarah ke Makam Leluhur: Mengunjungi makam orang tua atau kerabat sebagai bentuk penghormatan dan mendoakan mereka.
-
Saling Bermaafan: Momentum untuk membersihkan hati dengan saling memaafkan, memulai Ramadan dengan jiwa yang bersih.
-
Doa Bersama: Mengadakan pengajian atau doa bersama untuk memohon kelancaran dan keberkahan selama bulan puasa.
Menu Khas Munggahan
Hidangan yang disajikan saat Munggahan beragam, tergantung pada tradisi lokal. Beberapa menu khas yang sering ditemui antara lain:
-
Nasi Liwet: Nasi yang dimasak dengan santan, serai, dan rempah-rempah, memberikan aroma dan rasa yang lezat.