JAKARTA, suararembang.com - Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memicu perang dagang yang memengaruhi banyak negara.
Dampak dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan Amerika, tetapi juga pasar global, termasuk Indonesia dan Arab Saudi.
Menyikapi hal tersebut, Menteri Perindustrian RI menerima kunjungan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Bandar Al-Khorayef, di Jakarta, Rabu, 16 April 2025.
Baca Juga: Trump Tunda Tarif Impor ke 75 Negara, Kecuali China yang Naik Jadi 125 Persen
Pertemuan itu membahas potensi kerja sama strategis antara kedua negara dalam menghadapi tekanan global akibat perang dagang Trump.
Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengungkapkan pentingnya penguatan sinergi dengan Arab Saudi.
"Kami sepakat bahwa salah satu cara untuk memitigasinya adalah penguatan kerja sama antara kedua negara," ujar Agus.
Baca Juga: IHSG Naik 5,5 Persen Usai Trump Tunda Tarif Impor, Bursa Asia Ikut Menguat
Salah satu sektor yang menjadi perhatian utama adalah industri petrokimia. RI saat ini sedang fokus mengembangkan sektor hilir petrokimia untuk memperkuat berbagai industri turunannya.
"Indonesia membutuhkan downstreaming dari petrochemical untuk mendukung sektor-sektor turunannya, di mana petrochemical itu merupakan mother of all industry," jelas Agus.
Arab Saudi dinilai memiliki kapasitas dan sumber daya yang mumpuni untuk menjadi mitra utama dalam upaya penguatan industri tersebut.
Agus menekankan bahwa kerja sama ini tidak hanya terbatas pada sektor petrokimia, tetapi juga mencakup pengembangan sumber daya mineral.
RI dan Arab Saudi disebut siap menjadi pemain penting dalam rantai pasok mineral global, termasuk proses digitalisasi industri berbasis mineral.
"Arab Saudi mempunyai kekuatan untuk bekerja sama dengan kita… bagaimana untuk bisa menjadi pemain dunia dalam konteks pengembangan mineral," tambahnya.