suararembang.com - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah mengalami fluktuasi signifikan sepanjang tahun 2024.
Setelah mencapai puncaknya di Rp6.450 pada Maret 2024, saham BBRI merosot hingga Rp4.350 pada 18 November 2024, mencatat penurunan sekitar 32,56% dalam periode tersebut.
Baca Juga: Panduan Lengkap KUR BRI: Rincian Pinjaman, Angsuran, dan Jangka Waktu Terbaru
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi penurunan saham BBRI meliputi:
Tekanan Inflasi: Inflasi yang meningkat mempengaruhi daya beli masyarakat dan kemampuan pembayaran debitur kecil, yang merupakan basis nasabah utama BBRI.
Kenaikan Suku Bunga: Peningkatan suku bunga membebani peminjam mikro yang sensitif terhadap perubahan biaya pinjaman, sehingga dapat menekan pertumbuhan kredit dan margin keuntungan BBRI.
Valuasi Tinggi: Ekspektasi pasar yang tinggi terhadap kinerja BBRI tidak sejalan dengan pertumbuhan laba yang dihasilkan, menyebabkan tekanan pada harga saham.
Perbandingan dengan Saham Bank Lain
Penurunan saham BBRI lebih tajam dibandingkan dengan bank besar lainnya. Misalnya, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan stabilitas yang lebih baik meskipun pasar sedang tertekan.
Sementara itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengalami penurunan, namun tidak setajam BBRI.
Fluktuasi Harga dalam Beberapa Hari Terakhir
Dalam beberapa hari terakhir, saham BBRI menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi. Pada 27 Desember 2024, harga penutupan berada di Rp4.100, setelah sebelumnya mencapai Rp4.250 pada 16 Desember 2024.
Volume perdagangan yang tinggi mencerminkan aktivitas jual beli yang intens di kalangan investor.
Meskipun mengalami penurunan signifikan, beberapa analis melihat potensi rebound untuk saham BBRI.
Penurunan harga saham meningkatkan dividend yield BBRI, yang diperkirakan bisa mencapai 7,1%, menarik bagi investor yang mencari pendapatan dividen.