JAKARTA, suararembang.com - Kisah Marley Garnreiter (27) menjadi sorotan setelah 'didiagnosis' kanker darah oleh ChatGPT setahun sebelum dokter resmi menegakkan diagnosis limfoma Hodgkin.
Awalnya, Marley mengalami keringat malam dan kulit gatal. Ia mengira itu akibat stres setelah kehilangan ayahnya karena kanker usus besar.
Namun, saat mencoba bertanya ke ChatGPT, AI tersebut menyebutkan kemungkinan ia menderita kanker darah.
Teman-temannya skeptis dan menyarankan Marley untuk memeriksakan diri ke dokter. Setahun kemudian, gejala Marley memburuk dengan nyeri dada dan kelelahan.
Pemeriksaan medis menunjukkan adanya massa besar di paru-paru kiri, dan hasil tes memastikan bahwa ia menderita limfoma Hodgkin.
Marley mengaku sempat tidak menerima kenyataan tersebut. Ia berkata, "Saya tidak ingin keluarga saya mengalami hal ini sekali lagi," mengingat ia harus menjalani kemoterapi pada bulan Maret, hampir setahun sejak ayahnya meninggal dunia akibat kanker.
Limfoma Hodgkin lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan limfoma non-Hodgkin, namun dipercaya lebih responsif terhadap pengobatan.
Menurut data dari Cleveland Clinic, tingkat kelangsungan hidup untuk limfoma Hodgkin mencapai 81 persen setelah lima tahun.
Gejala umum dari penyakit ini antara lain kulit gatal, keringat berlebih di malam hari, nyeri perut, demam, dan kelelahan.
Marley berharap kisahnya bisa menjadi pengingat bagi banyak orang untuk tidak mengabaikan sinyal dari tubuh mereka sendiri.
Ia menekankan pentingnya mendengarkan tubuh kita dan tidak kehilangan hubungan dengan diri sendiri. ***