“Yang masih bernilai ekonomi kita pilah dan bisa kita gunakan untuk beli minuman buat petugas yang ambil sampah. Sedangkan sampah yang tidak memiliki nilai rupiah akan langsung dibakar, baik sampah kering maupun basah,” jelasnya.
Sisa pembakaran berupa abu juga tak terbuang percuma. Saat ini, abu digunakan untuk menutup lahan kosong, namun ke depan akan dimanfaatkan Karang Taruna Desa Meteseh untuk membuat paving block.
Paving tersebut rencananya akan digunakan untuk membangun jogging track di kawasan embung desa, sekaligus menambah fasilitas olahraga warga.
“Karena dari karang taruna Desa Meteseh ini ada tiga embung yang dikelola, pengennya salah satunya nanti dibuat jogging track,” kata Suko.
Dilirik Desa Lain Hingga Luar Daerah
Keberhasilan Desa Meteseh menarik perhatian berbagai pihak. Perwakilan Desa Gandrirejo, Kecamatan Sedan, dan Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, datang langsung untuk melihat cara kerja INSANA. Mereka bahkan berencana membuat alat serupa di daerah masing-masing.
“Mereka malah minta saya dan tukangnya diajak ke Krian untuk membuatkan alat INSANA itu. Tapi karena di rumah masih ada anak kecil, jadi kita buatkan tutorial menggunakan miniatur lewat video YouTube,” tutur Suko.
Harapan untuk Desa Bersih dan Sehat
Melalui INSANA, Desa Meteseh membuktikan bahwa pengelolaan sampah bisa dilakukan secara mandiri dan efisien. Lebih dari sekadar alat, INSANA menjadi simbol kesadaran lingkungan dan gotong royong warga.
“Kalau setiap desa bisa mengelola sampah, pasti sungainya bersih, lingkungannya bersih, dan masyarakatnya juga lebih sehat,” pungkas Suko.
Dengan keberhasilan ini, Meteseh tak hanya menciptakan lingkungan bersih, tapi juga menginspirasi desa lain di Kabupaten Rembang untuk berinovasi dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.
**
Artikel Terkait
Viral Warga Cegat Pembuang Sampah di Pinggir Sungai, Suruh Ambil Kembali Meski Sudah Dibuang