JAKARTA, suararembang.com - Dunia politik internasional diguncang kabar duka atas kematian Charlie Kirk, aktivis konservatif sekaligus sekutu dekat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Kirk yang baru berusia 31 tahun dilaporkan tewas tertembak saat berpidato di Utah Valley University, AS, pada Rabu, 10 September 2025.
Baca Juga: Strategi Perdagangan Trump Terancam Runtuh usai Pengadilan AS Putuskan Tarif Impor Tidak Sah
Tragedi ini segera memicu reaksi keras dari berbagai pemimpin dunia karena dianggap sebagai ancaman nyata bagi demokrasi.
Trump Sebut Sebagai Momen Gelap
Donald Trump menyebut peristiwa tersebut sebagai momen gelap bagi Amerika.
“Ini adalah momen gelap bagi Amerika,” ucap Trump dalam video di Truth Social yang dikutip dari Fox News, Kamis, 11 September 2025.
Trump menegaskan pemerintahannya akan mengusut tuntas tragedi itu.
“Pemerintahan saya akan menemukan setiap orang yang berkontribusi terhadap kekejaman ini,” tegasnya.
Reaksi Dunia atas Kematian Charlie Kirk
Kematian Charlie Kirk bukan hanya duka bagi Amerika, tetapi juga mendapat perhatian global.
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney menilai kekerasan tidak boleh mencampuri politik.
“Saya sangat terkejut dengan kasus kematian Charlie Kirk. Tidak ada pembenaran untuk kekerasan politik dan setiap tindakannya mengancam demokrasi,” tulis Carney di X, dikutip AFP.
Nada serupa disampaikan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang menegaskan pentingnya kebebasan berpendapat.
“Kita semua harus bebas berdebat secara terbuka dan bebas tanpa rasa takut, tidak ada pembenaran untuk kekerasan politik,” ujarnya.
Dari Italia, Perdana Menteri Giorgia Meloni juga menyuarakan keprihatinan. Ia menyebut kematian Kirk sebagai luka mendalam bagi demokrasi.
Artikel Terkait
Strategi Perdagangan Trump Terancam Runtuh usai Pengadilan AS Putuskan Tarif Impor Tidak Sah