JAKARTA, suararembang.com - China baru-baru ini mengumumkan pengembangan agen kecerdasan buatan (AI) bernama Manus, yang mampu mengambil keputusan secara mandiri tanpa instruksi spesifik dari manusia.
Dikembangkan oleh startup Butterfly Effect, Manus diklaim sebagai agen AI umum pertama di dunia dengan tingkat otonomi yang lebih tinggi dibandingkan model AI saat ini.
Manus: Langkah Menuju Kecerdasan Buatan Umum (AGI)
Para ilmuwan yang menciptakan Manus percaya bahwa teknologi ini dapat memberikan gambaran awal tentang potensi Artificial General Intelligence (AGI) di masa depan.
Baca Juga: DeepSeek: AI Revolusioner dari China yang Menghantam Nvidia!
AGI merujuk pada sistem AI yang memiliki kemampuan untuk memahami, belajar, dan menerapkan pengetahuan dalam berbagai konteks, mirip dengan kecerdasan manusia.
Pengembangan Manus menandai langkah signifikan menuju realisasi AGI, yang telah lama menjadi tujuan dalam penelitian AI global.
Potensi dan Tantangan Manus dalam Industri AI
Sejak peluncurannya minggu lalu, Manus telah menerima pujian dari para ahli AI dan pengamat industri, dengan beberapa bahkan menyebutnya sebagai "DeepSeek kedua."
Namun, meskipun menjanjikan, Manus saat ini masih dalam tahap akses terbatas dan belum sepenuhnya siap beroperasi secara mandiri tanpa pengawasan manusia.
Baca Juga: Dewan Pers Rilis Pedoman AI dalam Jurnalistik: Ini Isi Lengkapnya!
Pengujian awal menunjukkan bahwa meskipun memiliki potensi besar, masih ada area yang memerlukan penyempurnaan sebelum dapat diadopsi secara luas dalam aplikasi dunia nyata.
Implikasi Global dan Persaingan Teknologi
Pengembangan Manus oleh China menambah dinamika persaingan global dalam bidang AI.
Amerika Serikat, misalnya, telah mengusulkan undang-undang untuk melarang teknologi AI asal China, termasuk komponen yang diperlukan untuk membangunnya, baik ekspor maupun impor.
Jika disahkan, undang-undang ini akan melarang individu dan perusahaan AS mengunduh model AI seperti DeepSeek R1, dengan ancaman hukuman penjara hingga 20 tahun dan denda hingga $1 juta untuk individu serta $100 juta untuk perusahaan.
Langkah ini mencerminkan kekhawatiran bahwa investasi dalam AI China dapat memperkuat kekuatan saingan dan menantang supremasi ekonomi AS.
Artikel Terkait
Kasus DeepFake Catut Pejabat Istana: Modus Penipuan AI yang Harus Diwaspadai