JAKARTA, suararembang.com - Di balik sorotan lampu dan tepuk tangan penonton, realita pahit dialami para pemain sirkus Indonesia.
Baru-baru ini, sejumlah mantan anggota Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkap kisah memilukan yang mereka alami selama bertahun-tahun.
Dalam sebuah audiensi dengan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, para korban membeberkan praktik kekerasan fisik dan mental yang terjadi selama mereka menjadi bagian dari sirkus, termasuk saat tampil di Taman Safari Indonesia.
Butet, salah satu korban, mengaku sering mengalami penyiksaan jika tidak tampil sempurna di atas panggung.
“Kalau main saat show tidak bagus, saya dipukuli,” ungkapnya.
Kekerasan tak berhenti di situ. Ia bahkan pernah dirantai menggunakan rantai gajah hingga kesulitan buang air.
Saat hamil, ia tetap dipaksa tampil dan bahkan dipisahkan dari bayinya. “Saya tidak bisa menyusui,” katanya.
Yang paling mengerikan, Butet pernah dijejali kotoran gajah hanya karena mengambil makanan tanpa izin.
Putrinya, Fifi, turut menjadi korban. Sejak kecil ia hidup dalam sirkus tanpa tahu siapa ibu kandungnya.
“Saya sempat diseret dan dikurung di kandang macan... akhirnya saya kabur lewat hutan malam-malam,” kenangnya.
Namun pelarian itu hanya sementara. Ia kembali ditemukan dan mengalami penyiksaan lebih kejam.
“Saya disetrum di bagian kelamin, rambut saya ditarik... saya dipasung,” ceritanya.
Ida, korban lainnya, mengaku pernah jatuh saat tampil di Lampung. Ia tidak langsung mendapat perawatan medis hingga akhirnya mengalami cedera serius dan kini duduk di kursi roda.
Kisah para korban sirkus ini membuka mata publik akan eksploitasi dan kekerasan yang terjadi di balik hiburan.