SUARAREMBANG.COM - Situasi di Gaza semakin memburuk. Dalam beberapa hari terakhir, kekerasan kembali terjadi di sekitar pusat distribusi bantuan di Rafah dan Khan Younis.
Pasukan Israel dilaporkan menembaki warga yang sedang mengantre bantuan, menyebabkan lebih dari 12 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Baca Juga: Perkembangan Terkini Kapal Madleen: Dicegat Israel di Laut Internasional, Aktivis Ditahan
Insiden ini disebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan.
Laporan dari Al Jazeera menyebutkan bahwa organisasi internasional menyebut lokasi-lokasi tersebut sebagai “human slaughterhouses” karena seringnya menjadi sasaran serangan.
Penutupan Jalur Bantuan
Organisasi Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didukung Amerika Serikat dan Israel, menutup semua pusat bantuannya sejak awal Juni 2025.
Baca Juga: Roberto Mancini Suarakan Perdamaian Gaza: Bukan Soal Politik, Ini Soal Kemanusiaan
Penutupan ini disebabkan oleh kekacauan di lapangan dan risiko keamanan yang semakin meningkat.
Akibatnya, distribusi makanan, air bersih, dan obat-obatan ke wilayah yang terdampak menjadi semakin sulit.
Situasi ini memperburuk ancaman kelaparan massal, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan lainnya.
Krisis Kesehatan Meluas
Data UNICEF dan PBB menyebutkan bahwa tingkat malnutrisi akut pada anak-anak di Gaza meningkat tiga kali lipat sejak Maret 2025.
Rumah sakit kewalahan menangani korban, kekurangan tenaga medis, serta minim pasokan obat dan alat kesehatan.
Krisis ini disebut sebagai salah satu yang terburuk dalam dua dekade terakhir.
Penangkapan Kapal Bantuan
Sebuah kapal bantuan kemanusiaan bernama Madleen, yang merupakan bagian dari armada Freedom Flotilla, dicegat pasukan Israel di perairan internasional.
Artikel Terkait
Roberto Mancini Suarakan Perdamaian Gaza: Bukan Soal Politik, Ini Soal Kemanusiaan