Sementara itu, warganet dan pengulas otomotif, Ridwan Hanif, turut memberikan pendapatnya melalui akun X @ridwanhr. Ia menyebut bahwa baterai NCM lebih kuat, namun berdampak negatif pada lingkungan.
"NCM memang lebih unggul, tapi lebih merusak lingkungan. Lihat saja bagaimana pertambangan Nikel belakangan ini heboh," tulis Ridwan.
Ia juga menyebut bahwa LFP tidak menggunakan nikel dan cobalt, namun memiliki densitas energi yang lebih rendah dibanding NCM.
"Sebaiknya beli EV dengan baterai LFP," lanjutnya.
Dalam unggahan berbeda, Ridwan membandingkan baterai NCM dan LFP yang digunakan pada mobil listrik asal Tiongkok, Xpeng X9. Menurutnya, perbedaan jenis baterai memengaruhi harga dan jarak tempuh mobil tersebut.
"Beda jenis baterai, beda harga dan jarak tempuh, Xpeng X9 punya 2 pilihan baterai; NCM dan LFP," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa NCM lebih mahal dan mampu menempuh jarak lebih jauh, sedangkan LFP lebih murah dengan jarak tempuh lebih pendek, meski dimensi dan bobotnya sama.
Hal ini membuat performa akselerasi kedua versi tetap setara, meski kapasitas baterainya berbeda.
Perbandingan antara baterai NCM dan LFP ini memberikan gambaran penting bagi masyarakat Indonesia yang mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik.
Pilihan terbaik sangat tergantung pada kebutuhan, anggaran, serta kesadaran terhadap dampak lingkungan.***
Artikel Terkait
Prabowo Hadiri Groundbreaking Proyek Baterai Listrik Terintegrasi, Sebut Ini Momen Bersejarah