Ia juga menekankan bahwa guru bukanlah sosok sempurna, namun punya tanggung jawab membimbing dengan cara yang manusiawi.
“Kalau permasalahan kecil dibesarkan, akhirnya anak yang jadi korban. Anak takut sekolah, guru tertekan, dan lembaga pendidikan ikut tercoreng,” tuturnya.
Orang Tua Harus Ambil Peran Aktif
Gus Yasin juga menyoroti pentingnya kerja sama antara orang tua dan sekolah. Pendidikan karakter tidak bisa dibebankan hanya kepada guru.
Peran orang tua sangat krusial dalam membentuk sikap dan perilaku anak.
“Parenting itu kerja sama, bukan saling menyalahkan. Jangan hanya menyerahkan semuanya pada guru,” tegasnya.
Program Kecamatan Berdaya dan Edukasi Hukum
Sebagai langkah konkret, Pemprov Jateng akan memperkuat program “Kecamatan Berdaya” yang fokus pada edukasi hukum dan pendampingan masyarakat hingga tingkat lokal.
Kolaborasi dengan LBH dan paralegal juga akan ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah ditekan dalam kasus serupa.
Gus Yasin mengajak semua pihak menurunkan ego, saling memaafkan, dan memfokuskan kembali misi utama pendidikan: membentuk anak-anak yang beradab dan bermanfaat.
Kisah guru madrasah yang viral ini menjadi pengingat bahwa pendidikan harus kembali pada nilai adab dan kebersamaan.
Pemerintah, guru, orang tua, hingga aparat hukum harus hadir untuk mendukung proses pendidikan yang sehat, beretika, dan adil.
**
Artikel Terkait
Gus Yasin Dorong Pesantren Sediakan Layanan Kesehatan demi Santri Sehat dan Pendidikan Berkualitas